Suara.com - Harga emas dunia meroket lebih dari 2 persen pada perdagangan Kamis, setelah dolar AS jatuh karena data ketenagakerjaan mingguan Amerika yang anjlok.
Mengutip CNBC, Jumat (1/10/2021) harga emas di pasar spot melonjak 1,7 persen menjadi USD1.755,56 per ounce setelah melesat 2,2 persen ke level tertinggi satu pekan di awal sesi.
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat ditutup melejit 2 persen menjadi USD1.757 per ounce.
Jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat pekan lalu, data menunjukkan pada Kamis, yang dapat mendorong kekhawatiran perlambatan pasar tenaga kerja.
"Ini juga menyebabkan ketidakpastian tentang tapering The Fed, karena mereka ingin pasar tenaga kerja yang solid untuk mengumumkan tapering ," kata konsultan independent, Robin Bhar, menambahkan penundaan apapun bisa berdampak positif bagi emas.
Emas juga "bergerak menuju beberapa pembelian fisik baru, dengan sejumlah investor mencari lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi, kenaikan inflasi," ucap Bhar.
Tetapi meningkatnya prospek tapering The Fed, yang secara luas diperkirakan dimulai pada November, dan peluang imbal hasil US Treasury terus menguat, diprediksi menambah lebih banyak tekanan pada emas yang tidak memberikan bunga, papar Han Tan, Kepala Analis Exinity.
Pengurangan stimulus bank sentral dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil surat utang pemerintah lebih tinggi, meningkatkan opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan bunga.
"Dolar AS yang lebih kuat dan imbal hasil yang lebih tinggi adalah kombinasi beracun bagi emas," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Harga Emas Terus Turun, Kamis 30 September 2021
"Dalam jangka pendek, risiko penurunan harga lebih lanjut mendominasi, artinya level USD1.700 sudah bisa segera dicapai," kata bank itu.
"Selama emas tetap berada di bawah tekanan, perak juga kemungkinan akan kesulitan untuk keluar dari tekanan."
Perak meroket hampir 2,5 persen menjadi USD22,04 per ounce, tetapi ditetapkan untuk penurunan bulanan keempat berturut-turut.
Platinum melesat 1,3 persen menjadi USD962,61 per ounce, sementara paladium melonjak 2,4 persen menjadi USD1.901,41 per ounce.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
Terkini
-
Rupiah Kembali Merosot Sentuh Level Rp 16.748 per Dolar Amerika
-
Ada Perubahan Rencana, Daftar Lengkap Penggunaan Dana Rp 23,67 Triliun Garuda Indonesia
-
Harga Emas Antam Semakin Mahal Hari Ini, Dibanderol Rp 2.364.000 per Gram
-
Investasi Aset Properti Cuma Modal Rp 10 Ribu? Begini Caranya
-
IHSG Masih Betah Nongkrong di Zona Hijau Pagi Ini, Cek Rekomendasi Saham
-
Kinerja BRI Stabil dan Berkelanjutan, Laba Capai Rp41,2 Triliun
-
Bos Danantara Geleng-geleng, Dari Ribuan BUMN Hanya 8 yang Setor Dividen Jumbo
-
Merger BUMN Karya: WSKT Makin Dekat Desliting, Rugi Bersih Naik Jadi Rp 3,17 T
-
Dorong Ekonomi Indonesia, HSBC Indonesia Komitmen Bantu UMKM Naik Kelas
-
Harga Emas UBS dan Galeri 24 Kompak Naik Signifikan Jadi Rp 2,4 Jutaan