Suara.com - Pengurangan stimulus atau tapering yang dilakukan Bank Sentral Amerika The Federal Reserve atau The Fed diprediksi tidak akan memberi dampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia dibanding sebelumnya.
Ekonom senior Raden Pardede menyebut, tapering akan berdampak pada berkurangnya likuiditas pasar keuangan global sehingga The Fed perlahan bakal menaikkan suku bunga acuannya.
"Dampaknya ke Indonesia manakala kejadian seperti itu, ada kemungkinan kalau suku bunga di AS mulai naik, pemodal terutama di fixed income di bond market menaruh kembali uangnya di AS karena melihat kuponnya lebih menarik di sana. Tapi kita lihat sekarang perbedaan real interest rate atau suku bunga riil antara AS dan Indonesia itu besar sekali mencapai sekarang hampir 7,5 sampai 8 persen. Jadi sangat besar sekali," ujar Raden dalam forum Indonesia Knowledge Forum (IKF) X - 2021 di Jakarta, Kamis (7/10/2021).
Selisih suku bunga riil yang masih besar dapat diartikan peluang investor memperoleh keuntungan dalam berinvestasi di Indonesia masih tinggi sehingga membuat investor asing bertahan di pasar finansial domestik.
Selain itu, menurutnya, komposisi kepemilikan asing di pasar dalam negeri terutama di pasar obligasi sudah turun. Sebelum pandemi COVID-19, kepemilikan asing mencapai 40-50 persen, sementara saat ini telah berada di kisaran 28 persen.
"Jadi dampaknya jika pun mereka harus pergi nanti pemilik modal ini, dampaknya sudah jauh berkurang dari sebelum pandemi," kata Raden.
Selain itu, cadangan devisa Indonesia naik seiring membaiknya kinerja ekspor. Data Bank Indonesia menulis, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2021 sebesar 146,9 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Agustus 2021 sebesar 144,8 miliar dolar AS.
"Baru sekali ini kita punya cadangan devisa mencapai 147 miliar dolar AS dan sekarang trade balance kita surplus dan kita beruntung harga komoditas membaik. Dengan alasan-alasan itu, dampaknya ke Indonesia meski ada tapering dan ada kenaikan suku bunga di Amerika terhadap ekonomi kita sangat minimal," ujar Raden.
The Fed kabarnya mencabut stimulus besar era pandemi pada November dan mengakhiri program pada pertengahan 2022. Selain itu The Fed mengindikasikan bahwa para pembuat kebijakan cenderung akan menaikkan suku bunga pada 2022.
Baca Juga: Susul El Savador, Honduras dan Guatemala Beri Kode Legalkan Mata Uang Kripto
Sebelumnya, The Fed telah memastikan untuk mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada rekor terendah mendekati nol dan memberi sinyal bahwa bank sentral akan segera mulai mengurangi pembelian aset atau tapering meskipun varian Delta meningkatkan ketidakpastian ekonomi.
The Fed telah berjanji untuk melanjutkan program pembelian asetnya setidaknya pada kecepatan saat ini sebesar 120 miliar dolar AS per bulan sampai "kemajuan lebih lanjut yang substansial" telah dibuat pada lapangan kerja dan inflasi sejak Desember lalu.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa sektor-sektor yang paling terpengaruh oleh pandemi membaik dalam beberapa bulan terakhir, tetapi peningkatan kasus COVID-19 memperlambat pemulihan.
Berita Terkait
-
Investor Khawatir Putusan The Fed, Nilai Rupiah Malah Menguat
-
Menkeu Sebut Ekonomi Indonesia 2022 Bakal Ditopang Aktivitas Konsumtif Publik
-
Latar Belakang G30SPKI yang Tewaskan 7 Jenderal
-
Survei Indikator Politik: 44,1 Persen Masyarakat Sebut Kondisi Ekonomi Nasional Memburuk
-
Menteri Investasi: Ekonomi Tumbuh 5 Persen Agak Berat
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Air Minum Bersih untuk Semua: Menjawab Tantangan dan Menangkap Peluang Lewat Waralaba Inklusif
-
Airlangga: Stimulus Ekonomi Baru Diumumkan Oktober, Untuk Dongkrak Daya Beli
-
Berdasar Survei Litbang Kompas, 71,5 Persen Publik Puas dengan Kinerja Kementan
-
Belajar Kasus Mahar 3 M Kakek Tarman Pacitan, Ini Cara Mengetahui Cek Bank Asli atau Palsu
-
BPJS Ketenagakerjaan Dukung Penguatan Ekosistem Pekerja Kreatif di Konferensi Musik Indonesia 2025
-
Kementerian ESDM Akan Putuskan Sanksi Freeport Setelah Audit Rampung
-
Indonesia Tambah Kepemilikan Saham Freeport, Bayar atau Gratis?
-
Kripto Bisa Sumbang Rp 260 Triliun ke PDB RI, Ini Syaratnya
-
Duta Intidaya (DAYA) Genjot Penjualan Online di Tanggal Kembar
-
4 Fakta Penting Aksi BUMI Akuisisi Tambang Australia Senilai Rp 698 Miliar