Suara.com - Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) akan mulai mengurangi pembelian aset atau yang juga dikenal sebagai tapering pada tahun depan.
Keputusan ini menjadi langkah pertama bagi The Fed demi menarik kembali sejumlah besar bantuan yang telah diberikan bank sentral AS ini kepada pasar dan ekonomi negaranya sepanjang pandemi Covid-19.
Kebijakan ini tentu bakal berdampak besar bagi kondisi pasar keuangan global, termasuk bagi Indonesia?
Lantas apakah Bank Indonesia (BI) sudah siap menghadapi gejolak yang bakal timbul imbas tapering The Fed?
Gubernur BI Perry Warjiyo mengaku sudah memikirkan dampak yang akan mungkin terjadi, termasuk bagaimana untuk melakukan mitigasi dan normalisasi atas kebijakan tersebut.
"Sebab begitu banyak pertanyaan kepada saya bagaiamana melakukan mitigasi, antisipasi, normalisasi dengan mulainya pengetatan kebijakan moneter The Fed," kata Perry dalam webinar, Outlook Perekonomian Jakarta 2022 : Herd Immunity & Pemulihan Ekonomi, Jumat (24/12/2021).
Menurut Perry dampak kenaikan Fed Fund Rate (FFR) kemungkinan paling cepat pertengahan tahun depan atau triwulan III 2022 dimana ujung-ujungnya kata dia bakal terjadi kenaikan FFR dimana imbasnya memicu kenaikan obligasi Amerika Serikat (US Treasury).
"Tapi diperkirakan kenaikan US Treasury 50 basis poin (bps) hingga 75 bps. Most like 50 bps. Kalau US Treasury naik, yield (imbal hasil) dalam negeri juga memerlukan penyesuaian 50 bps. Ini yang kita koordinasikan kepada Kementerian Keuangan," paparnya.
Tak hanya berimbas terhadap kenaikan obligasi, dampak yang bakal dirasakan lebih lanjut adalah nasib nilai tukar rupiah yang berpotensi bisa tertekan, untuk itu kata dia bank sentral akan terus melakukan stabilisasi dan intervensi kebijakan.
Baca Juga: Bank Indonesia Sebut Lima Ancaman Ekonomi yang Meski Diwaspadai di Masa Depan
"Kami terus lakukan stabilisasi dengan triple intervention, haga mekansime pasar berjalan dan memastikan bahwa penyesuaan di pasar berjalan smooth (halus)," ucapnya.
Meski begitu kata Perry saat ini Indonesia akan tetap bisa bertahan dalam situasi perubahan kebijakan moneter ke depan. Salah satu alasannya karena memiliki cadangan devisa yang besar.
"Insya Allah Indonesia Lebih tahan. Kenapa? Current account rendah, cadangan devisa lebih besar dan kondisi ini sudah dilalui di periode sebelumnya yang lebih berat, tentu kita tetap waspada berhati hati perhatikan stabilitas ekstenral agar tetap terjaga," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
Terkini
-
Purbaya Sidak Bank Himbara Secara Acak, Ini 2 Hal yang Dicari
-
DPR Cecar Menkeu Purbaya, Diminta Jangan Cepat Percaya Laporan Anak Buah
-
Diisukan Renggang dengan Deddy Corbuzier, Sabrina Chairunnisa Punya Deretan Bisnis Sukses
-
Nilai Tukar Rupiah Menguat pada Penutupan Perdagangan Selasa
-
IHSG Anjlok Hari Ini Imbas ADB Turunkan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
-
Bye-bye Ganti Aplikasi! Vidio Hadirkan Fitur Belanja di Shopee Sambil Nonton
-
Pemerintah Siapkan 'Kado' Nataru, Stimulus Ekonomi ke-3 Siap Guyur Tiket Murah hingga PPN
-
BUMN Ngeluh Subsidi Belum Dibayar Kemenkeu, Purbaya: Suruh Menghadap Saya!
-
Anggaran Subsidi Energi Bocor, Menkeu Purbaya Akui Selama Ini Tak Tepat Sasaran
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina