Suara.com - Nelayan di Manokwari, Papua Barat meminta pemerintah menambah kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite lantaran jatah yang mereka terima saat ini sangat sedikit.
Ketua Nelayan Nusantara Tuna Jaya La Hada mengatakan, untuk sekali melaut, nelayan membutuhkan 90 liter BBM jenis Pertalite. Namun yang mereka terima selama ini hanya separuh dari kebutuhan , 40 liter setiap harinya.
"Kami minta penyaluran BBM subsidi untuk nelayan di Manokwari perlu dievaluasi, karena jumlah yang disiapkan Pertamina tidak lagi relevan untuk mencukupi kebutuhan seluruh nelayan yang ada di Manokwari," kata La Hada.
Ditambah dengan kenaikan harga BBM subsidi, La hada mengatakan, nelayan di Manokwari semakin kesulitan.
Selama ini para nelayan setempat mendapatkan BBM subsidi jenis Pertalite melalui SPBN Sanggeng yang berlokasi di kawasan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI).
La Hada menyebut meski hanya terdapat satu SPBN sebenarnya itu cukup untuk bisa menjawab kebutuhan BBM untuk para nelayan, asalkan kuota yang dipasok oleh Pertamina mencukupi.
Saat ini kuota BBM subsidi jenis Pertalite yang diterima SPBN Sanggeng sebanyak 100 kilo liter per bulan.
Agar kebutuhan BBM para nelayan setempat bisa tercukupi, La Hada mengusulkan penambahan kuota BBM subsidi jenis Pertalite di SPBN Sanggeng mejadi 150 kl per bulan.
"Kami sedang menyiapkan data nelayan untuk dijadikan acuan pengusulan penambahan kuota BBM subsidi ke Pertamina," ujar dia, dikutip dari Antara.
Baca Juga: Belasan Mobil dengan Tangki Dimodifikasi Diamankan Polres Jayawijaya: Diduga Penimbun BBM Subsidi
Dengan kondisi keterbatasan BBM subsidi yang tersedia, para nelayan setempat memutuskan untuk bisa melaut dua hari sekali.
Sebelumnya Area Manager Communication Relation and CSR Pertamina Patra Niaga Sub Holding Comersial and Trading Regional Papua Maluku Edy Mangun mengatakan jajarannya mendukung penuh rencana Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan (DPKP) Kabupaten Manokwari untuk menambah jumlah Stasiun Pengisian Bahan bakar Nelayan (SPBN/SPBUN) guna memudahkan nelayan setempat mendapatkan BBM.
Edy mengatakan saat ini baru terdapat satu SPBN yang beroperasi di Manokwari untuk melayani ratusan nelayan yang tersebar di sejumlah kawasan di sekitar Manokwari.
Menurut Edy, pembukaan SPBN/SPBUN inisiatifnya bukan dari pihak Pertamina atau pengusaha sebagaimana pengoperasian SPBU, namun penentuan titik lokasinya dilakukan oleh DKP.
"Selama DKP belum menentukan dimana titik dibangun SPBN/SPBUN maka selama itu pula Pertamina belum bisa menyuplai BBM. Memang betul saat ini baru terdapat satu SPBN di Manokwari, sementara nelayan tersebar di banyak tempat, apalagi nelayan terus bertambah dan sebarannya makin meluas," kata Edy.
Ia mengakui dengan hanya memiliki satu SPBN di Manokwari maka hal itu akan menyulitkan para nelayan untuk mendapatkan pasokan BBM subsidi dengan harga yang cukup murah dan terjangkau.
Apalagi jika SPBN tersebut tidak dikelola secara profesional dengan pengawasan ketat dari DKP maka potensi terjadi pelanggaran dalam hal penyaluran BBM subsidi cukup besar.
"Kalau hanya satu SPBN, yah bisa saja potensi pelanggarannya besar karena mau kuasai sendiri, sementara nelayan yang lain tidak mendapatkan bagian alokasi BBM subsidi. Seharusnya DKP agak keras dalam melakukan pengawasan karena minyak yang disalurkan melalui SPBN juga merupakan subsidi," jelasnya.
Kepala Bidang Budidaya Perikanan pada DPKP Manokwari Dedi Aryana mengatakan jajarannya merencanakan membangun tiga SPBN di tiga lokasi untuk mempermudah penyaluran BBM untuk nelayan.
Tiga lokasi yang direncanakan dibangun SPBN yaitu Distrik Manokwari Timur, Manokwari Selatan, dan Distrik Masni.
Berita Terkait
-
Surat Terbukanya Soal BBM Dicuekin Jokowi, Ahmad Syaikhu PKS: Kenaikan Harga BBM Makin Buat Sulit Masyarakat!
-
Masyarakat Belum Pulih dari Pandemi, Fraksi PKS Bantul Tolak Tegas Kenaikan Harga BBM Subsidi
-
Harga BBM Subsidi Mengalami Penyesuaian, Polresta Padang Bagikan Paket untuk Driver Ojol sampai Petugas Kebersihan
-
Kritik Pedas Kenaikan BBM, Rizal Ramli: Sangat tidak Bijaksana
-
Belasan Mobil dengan Tangki Dimodifikasi Diamankan Polres Jayawijaya: Diduga Penimbun BBM Subsidi
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Kuota Impor, SPBU Swasta, dan Konsistensi Kebijakan
-
Pekerjaan M. Qodari Sebelum Jabat KSP, Hartanya Tembus Rp 260 Miliar
-
Kabar Gembira untuk UMKM! Pajak Final 0,5 Persen Diperpanjang Hingga 2029, Beban Usaha Makin Ringan!
-
Bos BI Senang Pemerintah Guyur Dana Rp 200 Triliun ke Bank, Likuiditas Luber
-
Penyaluran Kredit Meski Gacor Demi Pertumbuhan Ekonomi Konsisten di 5 Persen
-
Bos Danantara Bakal Guyur Lagi KUR Perumahan Hingga Rp 250 Triliun
-
Bukan Reshuffle Kabinet, Ini Pendorong IHSG Bisa Tembus Level 8.000
-
Pertamina Patra Niaga Regional JBB Raih 63 Penghargaan di Ajang ENSIA 2025
-
Rosan Roeslani Disebut Bakal Jadi Menteri BUMN, Dilebur dengan Danantara?
-
Salah Paham Produk Vape Bikin Industri Tembakau Alternatif Terancam