Suara.com - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (puskepi), Sofyano Zakaria meminta agar publik tidak salah kaprah soal kerugian negara sebesar Rp 14,2 triliun dari polusi udara. Pasalnya, nilai kerugian ini masih asumsi.
"Sekarang lagi banyak informasi beredar tentang data risiko kerugian finansial sebesar Rp14,2 triliun dan ancaman kesehatan, bahkan risiko kematian kepada 1.470 orang akibat buruknya kualitas udara. Data itu tidak benar, dan itu hanya asumsi," ujarnya yang dikutip, Jumat (15/9/2023).
Data tersebut, paparnya, dilansir oleh Centre for Research on Energy and Clean Air/CREA yang kredibilitasnya dipertanyakan. "Selain kredibilitas, organisasi itu juga tidak jelas mengkaji dengan metode dan alat apa. Jadi datanya tidak valid," imbuh dia.
Menurut Sofyano, polusi udara di Jakarta terjadi karena cuaca akibat El Nino. "Asap kendaraan terjebak panas sehingga susah terurai. Nanti juga selesai kalau turun hujan," beber Sofyano.
Sofyano mengatakan, hal itu terbukti saat pemerintah melakukan rekayasa atau modifikasi cuaca beberapa hari belakangan.
"Kita sama-sama tahu, kalau langit Jakarta cerah karena polutan berhasil diurai oleh water mist hasil rekayasa cuaca," kata dia.
Sekali lagi, Sofyano mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terlalu khawatir soal angka dan risiko Kesehatan yang di-publish oleh CREA. "Itu hanya asumsi yang dibesar-besarkan. Mungkin mereka juga tidak bisa membuktikannya," jelas dia.
Menurut Sofyano, organisasi yang mem-publish data itu jualan alat. Jadi wajar kalau menggunakan risiko kesehatan dan kerugian yang bombastis agar masyarakat membeli alat dari mereka. Tak hanya CREA, Sofyano juga menyoroti terkait dengan output kualitas udara yang yang dirilis real time oleh IQAir.
"Website itu seolah-olah membuat kualitas udara terlihat buruk sekali. Mereka beranggapan bahwa masyarakat akan membeli produknya jika ingin kualitas udaranya baik," beber dia.
Baca Juga: Ahli Emisi Nilai Hasil Kajian CREA Soal Penyebab Polusi Udara Tidak Valid
Sofyano menjelaskan bahwa IQAir merupakan produsen air purifier atau alat pemurni udara dari Swiss. "Harganya mahal, bisa di cek di internet. Hal itu membuktikan bahwa rilis risko kerugian negara dan risiko kesehatan itu mempunyai tujuan bisnis," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
Terkini
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga