Suara.com - Sinyal positif datang untuk instrumen investasi Bitcoin. Salah satu koin kripto itu mengalami lonjakan harga saat ini hingga USD 120.000. Berkaca pada harga bitcoin sekarang, prediksi bitcoin di masa depan juga menunjukkan sinyal yang positif.
Melansir thestreet.com, Bitcoin memiliki pola keuangan yang cukup fluktuatif. Hal ini memungkinkan analis pasar untuk mengaudit pasokan yang masuk ke sistem serta dampak harga dari fenomena sebelumnya.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Austin dan Aaron Arnold dari "Altcoin Daily" telah memperoleh target harga enam digit.
"Kinerja masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan, tetapi jika sejarah berulang, harga bitcoin akan meningkat 200% satu tahun setelah halving," jelas Austin Arnold dalam sebuah video yang dibagikan kepada publik.
Fenomena melonjaknya harga bitcoin membuktikan bahwa uang kripto menjadi salah satu aset keuangan berkinerja terbaik di dunia sejak awal.
Bitcoin baru memasuki pasar sebagai hadiah yang diberikan kepada "penambang" sukses yang menegakkan keamanan jaringan dengan daya komputasi, menemukan blok baru yang ditambahkan ke blockchain dan menerima bitcoin sebagai imbalannya. Dengan setiap acara halving, hadiah itu berkurang 50%.
Seperti diketahui, uang digital atau cryptocurrency jenis bitcoin kini menjadi tren investasi baru meski sebelumnya sempat mengalami masa paceklik atau crypto winter.
Bitcoin, sama halnya dengan mata uang kripto lain mulai dilirik sebagai aset investasi kendati penggunaannya relatif baru di Indonesia. Meski tidak berbentuk, bitcoin, dan aset kripto lain, memiliki underlying asset berupa manfaat pertukaran dan kode unik kriptografi yang bisa ditambang serta tak dapat dipalsukan.
Underlying asset inilah yang menentukan nilai ekonomi penerbitan aset investasi. Dengan demikian, sebelum membeli uang kripto, pastikan terlebih dahulu bahwa investor berhak atas underlying asset ini.
Baca Juga: Harga Bitcoin Bisa Tembus Rp3,1 Miliar Tahun 2025, ETF BTC Penentunya
Saham sebagai instrumen investasi yang lebih dulu dikenal juga bagian dari underlying asset itu sendiri. Namun demikian, bitcoin dinilai sebagai aset dengan fluktuasi paling dinamis. Sejauh ini belum ada rumus baku untuk mengukur naik-turunnya nilai bitcoin.
Sementara, skema investasi dalam saham bisa lebih teratur. Membeli saham sama artinya dengan menanam modal bagi sebuah perusahaan.
Dengan demikian, dengan membeli saham sama artinya dengan investor memiliki sebagian modal dari lini usaha tersebut. Besaran modal ini tergantung dari lot yang dibeli.
Dari pengertian di atas, maka pertimbangan membeli saham adalah prospek perusahaan di masa mendatang. Investor tidak mungkin membeli saham perusahaan yang akan segera bangkrut. Meski harganya sedang turun, investor juga tetap berhak atas deviden atau pembagian keuntungan dari saham yang dibeli.
Meskipun kelihatannya investasi saham lebih menguntungkan, namun investasi bitcoin atau mata uang kripto lain juga memiliki nilai tambah. Seperti halnya emas, Bitcoin banyak diyakini dapat menjadi aset penyimpan nilai untuk melewati dinamika ekonomi global, termasuk inflasi, yang telah membawa harganya melesat hebat, terutama di tahun 2017 dan 2021.
Disclaimer: Redaksi Suara.com ingin menekankan bahwa informasi yang disediakan dalam artikel ini bersifat informatif semata dan tidak dimaksudkan sebagai saran keuangan. Keputusan untuk membeli Bitcoin atau melakukan investasi lainnya sepenuhnya ada di tangan pembaca. Pembaca disarankan untuk melakukan riset dan konsultasi dengan penasihat keuangan sebelum membuat keputusan investasi. Redaksi Suara.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau dampak lain yang mungkin timbul sebagai akibat dari keputusan investasi yang diambil berdasarkan informasi dari artikel ini.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Bitcoin dan Kripto Lainnya Kena Pajak, Pengamat Sarankan Hal Ini Demi Pemasukan Negara
-
BlackRock Caplok Bitcoin Senilai Rp7,7 Triliun, Picu Kekhawatiran BTC Langka
-
Mengenal ETF Bitcoin Spot dan Dampaknya Terhadap Bursa Kripto
-
SEC Klarifikasi Persetujuan ETF Bitcoin Spot yang Tersebar di Media Sosial
-
Harga Bitcoin Bisa Tembus Rp3,1 Miliar Tahun 2025, ETF BTC Penentunya
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
Terkini
-
Wamen BUMN: Nilai Ekonomi Digital RI Capai 109 Miliar Dolar AS, Tapi Banyak Ancaman
-
Netmonk dari PT Telkom Indonesia Berikan Layanan Monitoring Jaringan Mandiri
-
Tantangan Berat Tak Goyahkan PGAS: Catat Laba Bersih Rp2,3 Triliun di Tengah Gejolak Global
-
Menkeu Purbaya Minta Kepala BGN Jelaskan ke Publik soal Rendahnya Serapan Anggaran MBG
-
7 Pekerja Masih Terjebak di Tambang Bawah Tanah Freeport, ESDM Sebut Butuh Waktu 30 Jam
-
Setelah Jeblok, IHSG Akhirnya Bangkit Setelah Kekhawatiran Menkeu Baru Mereda
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Rahasia Berburu DANA Kaget: Tips Ampuh serta Link Aktifnya Klaim di Sini
-
Wujud Nyata Implementasi Tata Kelola Baik, Waskita Karya Raih Top GRC Awards 2025 Stars 5
-
Survei Bank Indonesia: Indeks Keyakinan Konsumen Alami Penurunan, Ini Faktornya