Suara.com - Di tengah meningkatnya konflik dengan Israel, ekonomi Iran kian memburuk. Tingkat inflasi tahunan di iran sudah berada di kisaran 40 persen sehingga berdampak pada kenaikan harga barang kebutuhan dasar.
Anggota Parlemen Iran, Lotfollah Siahkali, memberitahu bahwa cadangan keuangan Iran telah mencapai titik kritis. Ia menegaskan kepada pemerintah Iran untuk berhenti menguras sumber daya dari rakyatnya.
“Kantong rakyat terkoyak. Kalau sampai sekarang kita mau pakai uang rakyat itu sudah tidak mungkin,” ujar Siahkali dikutip dari Iran International pada Senin (22/4).
Siahkali memperkirakan bahwa hidup di Iran akan menjadi lebih sulit di paruh kedua tahun ini. Sebab, ada tantangan ekonomi yang sedang berlangsung termasuk melonjaknya harga pangan, harga bahan bakar, dan tingginya angka pengangguran di negara tersebut.
Pendapatnya itu tersebut muncul sebagai respons terhadap perubahan signifikan di pasar mata uang pada awal tahun (pertengahan Maret), yang telah memicu ekspektasi inflasi.
Siahkali mengkritik kurangnya stabilitas di pasar ekonomi Iran yang menyebabkan masyarakat beralih ke aset ekonomi dan mata uang yang lebih stabil seperti dolar Amerika Serikat, emas, dan real estate untuk menjaga daya beli terhadap depresiasi mata uang rial.
Menurutnya, mata uang rial, telah terpuruk secara dramatis sejak Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian nuklir pada tahun 2018 dan penerapan kembali sanksi yang berdampak pada sektor-sektor utama seperti ekspor minyak dan perbankan.
Diketahui setelah serangan militer dan drone Iran terhadap Israel pada 13 April 2024 lalu, rial sempat mengalami penurunan drastis dimana menyentuh 700.000 rial per dolar.
Melonjaknya Harga Pangan di Iran
Menurut laporan dari surat kabar lokal bernama Khorasan, harga bahan makanan di Iran telah meroket sejak awal Tahun Baru Iran dan bulan Ramadan, Maret 2024. Kacang-kacangan mengalami kenaikan harga sebesar 30% sementara harga daging merah melonjak naik sebesar 25%.
Selain itu, makanan musim panas mengalami kenaikan harga tinggi sebesar 50%, diikuti dengan beras dan beberapa jenis makanan lainnya yang mengalami kenaikan mulai dari 10% hingga 15%.
Mengutip dari Iran International, Kepala Persatuan Bank Pangan Provinsi Teheran, Reza Kangari, berujar bahwa beberapa jenis pangan mengalami kenaikan sebesar 30% akibat depresiasi nilai tukar rial dan kekurangan pasokan.
Ketika kesengsaraan ekonomi semakin parah akibat melonjaknya harga pangan, warga Iran menghadapi berkurangnya pilihan dan kenaikan harga yang memberikan gambaran suram ke depan. Apalagi hal ini diikuti dengan ancaman perang terbuka dengan Israel yang tentu akan memperburuk semuanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
Terkini
-
Cara Cek PIP 2025 dari HP, Jangan Tunda Pastikan Status Penerima
-
Target Harga Surge (WIFI) Usai Kinerja Naik 155 Persen
-
PGN dan Dart Energy Teken Perjanjian Jual-Beli Gas Metana Batubara
-
Kemenhub Proyeksikan 119,5 Juta Orang Wara-wiri pada Nataru
-
Bongkar Strategi BUMN Migas Jaga Kepercayaan Investor Asing
-
Usai Ancam Bekukan Bea Cukai, Purbaya: Sekarang Lebih Aktif Razia, Hampir Sulit Disogok
-
Merger BUMN Karya Belum Rampung, Targetnya Mundur di 2026
-
MORA Resmi Merger dengan MyRepublic, Sinar Mas Ambil Kendali
-
Purbaya Klaim Coretax Siap Pakai, 60 Ribu Orang Sukses Login Bersamaan
-
Panel Surya Buatan Batam Diekspor ke AS, Raup 20,7 Juta Dolar