Suara.com - Amerika Serikat mengalami lonjakan yang cukup besar mengenai permasalahan tunawisma. Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan AS mencatat lebih dari 770.000 orang mengalami tunawisma pada tahun 2024.
Data tersebut dikumpulkan pada satu malam di bulan Januari 2024 dan merupakan gambaran tahunan tentang jumlah orang yang tinggal di tempat penampungan, perumahan sementara, dan tempat-tempat yang tidak memiliki tempat tinggal.
Ini adalah peningkatan tahunan terbesar sejak pemerintah mengumpulkan data pada tahun 2007 mengenai masyarakat yang menjadi tunawisma.
Dilansir dari CNN International, lonjakan tunawisma didorong oleh kurangnya perumahan yang terjangkau, peningkatan migran yang mencari tempat berlindung, dan bencana alam, yang menyebabkan beberapa orang mengungsi dari rumah mereka, kata laporan itu.
"Krisis perumahan terjangkau nasional kami yang makin memburuk, inflasi yang meningkat, stagnasi upah di kalangan rumah tangga berpenghasilan menengah dan rendah, serta dampak yang terus berlanjut dari rasisme sistemis menyebabkan sistem layanan tunawisma kewalahan," kata laporan itu.
Krisis kesehatan masyarakat tambahan, bencana alam yang membuat orang kehilangan tempat tinggal, meningkatnya jumlah imigran di AS, dan berakhirnya program pencegahan tunawisma yang diterapkan selama pandemi COVID-19, termasuk berakhirnya peningkatan dalam kebijakan kredit pajak anak, telah memperburuk sistem yang sudah tertekan ini," lanjut laporan tersebut.
Namun, ada beberapa berita positif dalam penghitungan tersebut, yaitu tren tunawisma di kalangan veteran terus menurun. Tunawisma di kalangan veteran turun 8 persen menjadi 32.882 pada 2024. Penurunan ini bahkan lebih besar lagi pada veteran yang tidak mendapat perlindungan, turun 11 persen menjadi 13.851 pada 2024.
Selain itu, Departemen Urusan Veteran mengatakan bahwa mereka secara permanen menampung jumlah veteran yang mengalami tunawisma terbesar sejak tahun 2019.
Baca Juga: Mati di Squid Game, Gaji Gong Yoo Tembus Rp 1,6 Miliar
Berita Terkait
-
Bisnis Mixue Hadir di Amerika Serikat, Netizen: McDonald's Ketar-ketir?
-
Iri dengan China? Trump 'Kebelet' Minta Harta Karun Mineral RI
-
AS Incar Mineral Kritis Indonesia demi Diskon Tarif Ekspor Sawit dan Kopi
-
Donald Trump Dituding Dalang Kesepakatan Terburuk Piala Dunia 2026, Kota-Kota AS Terancam Bangkrut
-
Duh! Kesepakatan Dagang RI-AS Terancam Batal, Trump Sebut Prabowo Mengingkari?
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
Terkini
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga