Suara.com - Raksasa teknologi asal Korea Selatan, LG, dikabarkan membatalkan rencana investasi pabrik baterai kendaraan listrik yang sebelumnya digadang-gadang sebagai proyek strategis nasional dan sempat dibanggakan oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Pembatalan investasi ini diduga kuat dipicu oleh perubahan lanskap industri EV global yang menyebabkan perlambatan permintaan kendaraan listrik. Keputusan ini menjadi pukulan telak bagi Indonesia yang tengah berambisi menjadi pemain utama dalam rantai pasok baterai EV dunia.
Nilai investasi yang semula digadang-gadang mencapai 11 triliun won atau setara dengan Rp130 triliun (dengan asumsi kurs Rp11.826 per won) ini sontak menimbulkan pertanyaan besar mengenai kelanjutan pengembangan ekosistem EV di Tanah Air.
Informasi mengenai pembatalan ini pertama kali mencuat melalui laporan kantor berita Korea Selatan, Yonhap. Dalam laporannya, Yonhap menyebutkan bahwa konsorsium yang terdiri dari unit bisnis baterai LG Energy Solution, perusahaan kimia LG Chem, perusahaan perdagangan LX International Corp, serta beberapa mitra lainnya, telah mengambil keputusan untuk mengakhiri keterlibatannya dalam proyek strategis ini.
"Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami telah memutuskan untuk keluar dari proyek," ujar seorang pejabat LG Energy Solution kepada media, seperti dikutip pada Senin (21/4/2025).
Meskipun membatalkan rencana investasi besar dalam proyek rantai pasok yang komprehensif ini, LG mengklaim akan tetap melanjutkan bisnis lainnya di Indonesia. Salah satu yang secara eksplisit disebutkan adalah kelanjutan operasional pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power). Pabrik ini merupakan usaha patungan antara LG Energy Solution dengan Hyundai Motor Group dan fokus pada produksi sel baterai EV. Komitmen terhadap HLI Green Power menunjukkan bahwa LG masih memiliki kepentingan dalam pasar baterai EV Indonesia, meskipun dengan skala yang lebih terbatas.
Pihak konsorsium mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan diskusi dengan Pemerintah Indonesia sebelum mengambil keputusan penting ini. Namun, dalam pernyataan resminya, LG dan mitra-mitranya tidak merinci lebih lanjut mengenai siapa saja pihak di pemerintahan yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, serta detail substansi diskusi yang mengarah pada pembatalan investasi. Ketidakjelasan ini memunculkan spekulasi mengenai faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab utama mundurnya konsorsium LG.
Lebih lanjut, konsorsium pimpinan LG ini menjelaskan bahwa salah satu pertimbangan utama dalam keputusan ini adalah adanya pergeseran dalam lanskap industri, khususnya yang berkaitan dengan kendaraan listrik. Mereka melihat adanya indikasi perlambatan sementara dalam tingkat permintaan EV secara global. Fenomena ini tentu dapat mempengaruhi perhitungan bisnis dan proyeksi keuntungan dari investasi jangka panjang dalam rantai pasok baterai.
Padahal, sebelumnya, Pemerintah Indonesia dan konsorsium LG memiliki visi yang sama untuk membangun ekosistem dan rantai pasok baterai EV yang terintegrasi secara menyeluruh di Indonesia. Rencana ambisius ini mencakup seluruh tahapan krusial dalam produksi baterai, mulai dari pengadaan dan pengolahan bahan baku mentah seperti nikel dan kobalt, produksi material aktif prekursor dan katoda yang merupakan komponen penting dalam sel baterai, hingga akhirnya, manufaktur sel baterai itu sendiri.
Baca Juga: Matahari Kembar di Kabinet Prabowo? Istana Akhirnya Buka Suara
Jokowi bahkan sempat menyampaikan optimismenya terhadap proyek ini, yang diharapkan dapat mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia dan menciptakan lapangan kerja baru. Hal tersebut dikatakan Jokowi saat meresmikan ekosistem baterai dan kendaraan listrik Korea Selatan di Indonesia yang digelar di PT. Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 3 Juli 2024 lalu.
Dia mengatakan bahwa proyek ini tidak hanya mencakup pembangunan smelter dan pabrik sel baterai kendaraan listrik, tetapi juga mengintegrasikan nilai tambah dari sumber daya alam Indonesia seperti nikel, bauksit, dan tembaga. Melalui integrasi tersebut, Jokowi meyakini, Indonesia dapat berkompetisi dengan negara lain.
"Untuk mobil listrik siapa yang bisa menghadang kita kalau kondisinya sangat kompetitif seperti itu?" ucap Presiden.
Jokowi pun mengapresiasi investasi sebesar Rp20 triliun dari pabrik mobil Hyundai serta konsorsium antara Hyundai dan LG dengan investasi sebesar Rp160 triliun untuk ekosistem baterai listrik. Investasi tersebut menjadi bukti konkret dari kerja sama erat antara Indonesia dan Korea Selatan.
"Semoga ini menandai makin baiknya hubungan antara Republik Korea dan Indonesia," tutur Presiden.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
INET Umumkan Rights Issue Jumbo Rp1,78 Triliun, Untuk Apa Saja Dananya?
-
Tukad Badung Bebas Sampah: BRI Gandeng Milenial Wujudkan Sungai Bersih Demi Masa Depan
-
Lowongan Kerja KAI Properti untuk 11 Posisi: Tersedia untuk Semua Jurusan
-
Cukai Tembakau Tidak Naik, Ini Daftar Saham yang Diprediksi Bakal Meroket!
-
BRI Peduli Salurkan Ambulance untuk Masyarakat Kuningan, Siap Layani Kebutuhan Darurat!
-
IHSG Cetak Rekor Pekan Ini, Investor Asing Banjiri Pasar Modal Indonesia
-
Cara Hemat Rp 10 Juta dalam 3 Bulan untuk Persiapan Bonus Natal dan Tahun Baru!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Beda Jenjang Karier Guru PNS dan PPPK, Apakah Sama-sama Bisa Naik Jabatan?