Suara.com - Center for Market Education (CME) bekerja sama dengan Tholos Foundation mengeluarkan indeks perdagangan atau Trade Barier Index (TBI) negara-negara seluruh dunia. TBI merupakan,indikator global yang menilai hambatan perdagangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
TBI dikeluarkan dalam rangkaian Innovation Summit Southeast Asia (ISSA) 2025, sebuah konferensi internasional di mana Indonesia menjadi tuan rumahnya.
Konferensi ini bertujuan untuk menggugah kesadaran publik dan pembuat kebijakan mengenai pentingnya inovasi yang tidak hanya terbatas pada teknologi, tetapi juga meliputi produk, proses, dan kebijakan. Inovasi dalam ketiga dimensi ini dinilai sebagai motor penggerak utama untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
Kendati demikian, dalam laporan TBI tersebut, Indonesia berada dalam posisi buncit alias terakhir diantara 122 negara.
Phillip Thompson dari Tholos Foundation mengungkapkan, posisi paling terakhir bukan berarti jelek. Akan tetapi, peluang untuk melakukan lompatan besar.
"Justru ini menunjukkan potensi luar biasa. Di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, ada harapan besar untuk reformasi. Banyak perusahaan dari AS dan Eropa saat ini mencari alternatif rantai pasok di Asia. Jika Indonesia menerapkan reformasi berbasis akal sehat (common sense), negara ini bisa melompat ke era ekonomi baru," ujar Phillip di Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Alih-alih terus melindungi industri lewat tarif dan pembatasan kandungan lokal, ISSA 2025 mendorong Indonesia untuk mengandalkan inovasi dan persaingan sehat. Datanya jelas. isolasi menghambat kemajuan, sementara keterbukaan memicu produktivitas dan ketahanan.
Peluncuran TBI 2025 juga mengangkat case study kontroversi pelarangan penjualan Apple iPhone 16 di Indonesia. Di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan akibat perang tarif, tentu muncul pertanyaan di masyarakat: apa yang harus dilakukan Indonesia?
Penelitian menyimpulkan bahwa proteksionisme justru menghambat kemajuan. Daya saing muncul dari keterbukaan dan inovasi, bukan isolasi.
Baca Juga: Pengusaha Ritel Menjerit, Minta Prabowo Cabut Inpres Efisiensi Anggaran
Selain membahas perdagangan dan kebijakan, ISSA 2025 juga menyoroti potensi besar inovasi di sektor-sektor tradisional seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan. Selama ini, sektor-sektor seperti pertanian, komoditas, dan sumber daya alam kerap dipandang miring.
Padahal, justru di sektor-sektor tradisional inilah peluang inovasi terbuka lebar,mulai dari sustainable farming, sistem logistik modern, hingga ekspor berbasis added-value.
Sektor-sektor ini menyumbang 12,61 persen dari PDB Indonesia pada 2024, dengan perkebunan memberikan kontribusi sebesar 4,17 persen. Industri tembakau juga memberikan sumbangan besar terhadap penerimaan negara, mencapai lebih dari Rp150 triliun per tahun.
"Pemerintah harus membiarkan sektor-sektor ini tumbuh secara organik, dengan insentif yang tepat dan iklim usaha yang sehat—tanpa intervensi berlebihan," kata Alfian Banjaransari, Country Manager CME.
Sektor energi terbarukan, perumahan, dan industri kreatif juga dibahas sebagai sektor masa depan yang potensial untuk didorong lewat kolaborasi antar sektor dan keterlibatan masyarakat.
Konferensi ini juga menyuarakan pentingnya institusi yang sehat dan mendukung kebebasan pasar, sejalan dengan pemikiran Daron Acemoglu, Simon Johnson, dan James Robinson, para penerima Nobel Ekonomi 2024. Mereka menekankan bahwa perlindungan hak milik dan pembatasan intervensi negara adalah prasyarat bagi lahirnya inovasi yang produktif dan berkelanjutan.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
Terkini
-
Mekanisme Buyback TLKM, Pemegang Saham Wajib Tahu
-
BI Perpanjang Batas Waktu Pembayaran Tagihan Kartu Kredit
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
BRI Umumkan Dividen Interim 2025 Rp137 per Saham, Didukung Laba Rp41,2 Triliun
-
Pengusaha Masih Males Ambil Utang ke Bank, Dana Kredit Nganggur Capai Rp2.500 Triliun
-
Efek Banjir Sumatra, Kemenkeu Permudah Cairkan Dana Transfer ke Daerah Terdampak Bencana
-
Kemenkeu Salurkan Dana Rp 4 Miliar ke Korban Banjir Sumatra
-
Ikuti Jejak Rupiah, IHSG Meloyo Hari ini Balik ke Level 8.600
-
Harap Bersabar, Pemerintah Umumkan UMP 2026 Paling Lambat 24 Desember
-
Purbaya Akui Ada Kementerian Lelet Serap Anggaran, Dana Dikembalikan Tembus Rp 4,5 T