Suara.com - Perusahaan platform customer engagement asal Amerika Serikat (AS) Braze melihat potensi yang begitu besar terhadap ekonomi Indonesia meski kondisi global sedang mengalami gonjang-ganjing.
Vice President Braze untuk Asia-Pasifik (APAC) dan Gulf Cooperation Council (GCC) Shahid Nizami menilai Indonesia menjadi salah satu pasar yang paling menjanjikan bagi perusahaan penyedia solusi digital global.
"Kami melihat pasar Indonesia sangat potensial karena penduduk dan ekonominya sangat besar," ungkap Shahid dalam konferensi persnya di Jakarta, seperti ditulis Kamis (5/6/2025).
Potensi yang besar ini membuat perusahaan meningkatkan investasinya di Tanah Air dengan membangun data center.
Sementara itu, Franz Sihaloho sebagai Country Director juga mengamini kondisi ekonomi Indonesia yang ia bilang cukup stabil, dengan negara ke-4 dunia dan terbesar di Asia Tenggara dirinya menilai prospek bisnis di Tanah Air cukup menjanjikan.
"Braze di Indonesia merupakan yang kedua di Asia Pasifik setelah di Australia," ungkap Franz.
Menurutnya, investasi data center ini mempertegas komitmen jangka panjang Braze di Indonesia dalam mendukung pertumbuhan bisnis dan tujuan pemerintah untuk menjaga keamanan data di Indonesia.
"Investasi ini akan membantu perusahaan Indonesia meningkatkan customer engagement dengan lebih aman, sekaligus berkontribusi terhadap pengembangan infrastruktur dan talenta digital yang lebih luas di Indonesia,” ujarnya.
Dia menyebut kehadiran data center lokal berperan penting dalam membantu bisnis beroperasi dengan latensi yang lebih rendah, kepatuhan yang lebih baik, dan kepercayaan pelanggan yang lebih besar.
Baca Juga: Daftar Rute KA yang Dapat Diskon Tarif 30% hingga 31 Juli
"Investasi ini memperkuat komitmen Braze untuk berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi digital melalui pengembangan infrastruktur digital," katanya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan bahwa fundamental perekonomian Indonesia tetap tangguh di tengah dinamika global yang masih menantang.
Bendahara Negara itu juga menjelaskan berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, Jumat (23/5/2025)
"Indonesia relatif masih terjaga Vietnam 6,9 persen, China 5,4 persen, Malaysia 4,4 persen," ungkap Sri Mulyani.
Negara lain seperti di Asia Tenggara, kata Sri Mulyani alami penurunan ekonomi lebih tajam dibandingkan Indonesia. Bahkan tidak sedikit negara yang harus alami negatif ekonomi.
"Kalau kita lihat beberapa negara penurunannya cukup tajam, Singapura 3,8 persen, Thailand 3,1 persen. Beberapa negara Korea dan Jerman negatif growth berturut-turut jadi resesi," terangnya.
Meksiko, Italia dan Prancis hanya mampu tumbuh di bawah 1 persen.
"Dengan outlook pertumbuhan ekonomi dunia, relatif melemah akibat beberapa policy menciptakan uncertainty, harga komoditas mixed cenderung melemah seperti minyak," kata Sri Mulyani
Sebelumnya, di tengah pusaran dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian, pasar yang bergejolak, dan derasnya arus transformasi teknologi, dunia usaha kini dihadapkan pada ujian sesungguhnya.
Pasalnya, usai laporan World Economic Outlook 2025 dari IMF pada April 2025 memberikan proyeksi yang kurang menggembirakan, dengan pertumbuhan ekonomi global 2025 diperkirakan melambat ke angka 2,8 persen dari proyeksi sebelumnya 3,3 persen, seiring meningkatnya ketidakpastian kebijakan dan tensi geopolitik global.
Indonesia pun tak luput dari imbasnya. Kendati demikian, ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan yang relatif kuat dan mencatatkan pertumbuhan positif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 mencapai 4,87 persen.
Indonesia pun tak luput dari imbasnya. Kendati demikian, ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan yang relatif kuat dan mencatatkan pertumbuhan positif.
Berita Terkait
-
Kepulauan Seribu Didorong Jadi Pusat Ekonomi Digital Bahari
-
Nasabah PNM Mekaar Ubah 10 Ton Pakaian Bekas Jadi Produk Bernilai Ekonomi
-
Ma'ruf Amin Tagih Janji Presiden Prabowo Soal Ekonomi Syariah: Masih Punya Utang
-
Pertumbuhan Ekonomi RI Diramal Hanya 4,7 Persen di Bawah Target Prabowo
-
Pemerintah Dorong Ekonomi Syariah Jadi Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Menkeu Purbaya Janji Hentikan Sisa Anggaran Menumpuk di Akhir Tahun
-
Bos SMGR Akui Persaingan Industri Semen RI Makin Ketat
-
Pertamina Mau Gabung 3 Anak Usaha, DPR: Sesuai Keinginan Danantara
-
Rusun Jadi Fokus Solusi Pemukiman yang Semakin Mahal di Jakarta
-
Tidak Gratis, Pindahkan Rp 200 Triliun ke 5 Bank Menkeu Purbaya Minta Bunga Segini!
-
BNI Sambut Penempatan Dana Pemerintah, Tapi Minta Beberapa Penjelasan
-
5 Perumahan di Bekasi Utara Cocok untuk Milenial, Harga Mulai Rp 300 Jutaan
-
Rp 70 Miliar Milik Nasabah Hilang Karena Dibobol? Ini Kata BCA
-
Pengamat: Reshuffle Prabowo Lebih Bernuansa Politis Ketimbang Respons Tuntutan Publik
-
Kisah Harjo Sutanto: Orang Terkaya Tertua, Pendiri Wings Group