Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus meroket tinggi hingga cetak rekor level terbaru. IHSG dibuka menuju level tertingg sepanjang masa 7.846.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia, IHSG hingga pukul 09.10 WIB masih terus melesat 0,94 persen atau 73,09 ke level 7.864.
Pada perdagangan pada waktu itu, sebanyak 3,68 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp 2,19 triliun, serta frekuensi sebanyak 218.300 kali.
Dalam perdagangan di waktu tersebut, sebanyak 318 saham bergerak naik, sedangkan 152 saham mengalami penurunan, dan 486 saham tidak mengalami pergerakan.
Adapun, beberapa saham yang menghijau pada waktu itu diantaranya, AMMS, ASBI, CRSN, DKHH, FUTR, GRPH, IDEA, INRU, MAXI, MGLV.
Sementara saham-saham yang mengalami penurunan tajam di perdagangan waktu itu diantaranya, ADES, AGAR, ARTA, BBLD, BMBL, CHEM, FLMC, ISAP, KMDS, LOPI.
Proyeksi IHSG
IHSG berpeluang melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (13/8/2025) setelah ditutup naik tajam 2,44 persen ke level 7.791,70 pada Selasa (12/8/2025).
Dikutip dari riset Phintraco Sekuritas, penguatan IHSG didorong sejumlah sentimen positif, mulai dari penundaan tarif impor AS terhadap Tiongkok selama 90 hari, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, hingga optimisme perbaikan ekonomi domestik. Selain itu, maraknya aksi korporasi emiten seperti merger dan akuisisi, serta efek rebalancing indeks MSCI, turut menopang pergerakan indeks.
Baca Juga: Saham BBRI Melesat 6,30 Persen Hari Ini, Paling Tinggi di Antara Big Bank
Secara teknikal, indikator MACD membentuk golden cross dan stochastic RSI mengindikasikan bullish reversal.
IHSG juga berhasil keluar dari area konsolidasi dengan dukungan volume perdagangan yang meningkat. Kondisi ini membuat IHSG berpotensi menguji level resistance di 7.910, dengan pivot di 7.800 dan support di 7.700.
Dari pasar global, investor mencermati data harga grosir (wholesale prices) Jerman untuk Juli yang diperkirakan stabil di 0,2 persen month-to-month (MoM). Pasar juga menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi Inggris untuk kuartal II-2025 yang diperkirakan melambat menjadi 0,1 persen QoQ dari 0,7 persen QoQ di kuartal sebelumnya, serta 1 persen YoY dari 1,3 persen YoY di kuartal I-2025.
Sementara itu, data Producer Price Index (PPI) AS untuk Juli yang akan dirilis Kamis (14/8) diproyeksikan naik menjadi 0,2 persen MoM dari 0 persen pada Juni.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Program Loyalitas Kolaborasi Citilink dan BCA: Reward BCA Kini Bisa Dikonversi Jadi LinkMiles
-
IHSG Berbalik Loyo di Perdagangan Kamis Sore, Simak Saham-saham yang Cuan
-
COO Danantara Tampik Indofarma Bukan PHK Karyawan, Tapi Restrukturisasi
-
COO Danantara Yakin Garuda Indonesia Bisa Kembali Untung di Kuartal III-2026
-
Panik Uang di ATM Mendadak Hilang? Segera Lakukan 5 Hal Ini
-
Kekayaan Rilke Jeffri Huwae, Dirjen Gakkum yang Dikritik Menteri Bahlil
-
COO Danantara Beberkan Alasan Turunnya Penambahan Modal ke Garuda Indonesia Jadi Rp 23,67 T
-
Mulai 2026, DJP Bisa Intip Kantong Isi E-Wallet dan Rupiah Digital Masyarakat
-
HUT ke-45, Brantas Abipraya Tampilkan Beragam Inovasi: Dari Tradisi ke Transformasi
-
Rupiah Kalah dari Semua Mata Uang Asia, Ada Apa dengan Ekonomi RI?