- IHSG anjlok 2,66% akibat gejolak politik dan keamanan dalam negeri.
- Investor asing melakukan aksi jual, kapitalisasi pasar menguap Rp195 triliun.
- Analis melihat potensi buy on dip jika situasi kembali kondusif.
Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles pada pembukaan perdagangan awal pekan, Senin (1/9/2025).
Tekanan jual masif akibat sentimen domestik membuat indeks terkoreksi tajam 2,66% atau 208,57 poin ke level 7.621,92 pada pukul 09:00 WIB.
Pelemahan drastis ini membuat nilai kapitalisasi pasar bursa menguap hingga Rp195 triliun hanya dalam beberapa jam perdagangan, dari posisi penutupan akhir pekan lalu di level 7.830,49.
Faktor utama yang menekan pergerakan IHSG hari ini berasal dari gejolak politik dan keamanan dalam negeri, yang dipicu oleh aksi demonstrasi di sejumlah daerah.
Ketidakpastian ini memicu aksi jual signifikan, terutama dari investor asing yang terus mencatatkan penjualan bersih (net sell).
Tekanan jual ini tercermin dari data perdagangan pagi ini:
- Volume Transaksi: 1,01 miliar lembar saham
- Nilai Transaksi: Rp1,03 triliun
- Dominasi Pelemahan: 571 saham terkoreksi, berbanding hanya 14 saham yang menguat.
Pelemahan bursa global seperti Wall Street turut memberikan sentimen negatif tambahan bagi pasar saham Indonesia.
Meskipun ada sedikit penopang dari kenaikan harga beberapa komoditas mineral logam di pasar dunia.
Analisis Teknikal
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini 1 September 2025; Sedikit Menurun, Apa Sebabnya?
Di tengah tekanan pasar, para analis melihat adanya potensi teknikal yang perlu dicermati. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memberikan pandangan teknikalnya.
"Secara teknikal, IHSG berpotensi breakdown dari batas ascending broadening wedge pattern mengingat Stochastics K_D dan RSI telah menunjukkan sinyal negatif."
Meski demikian, Nafan melihat peluang bagi investor jika situasi kembali stabil.
Menurutnya, investor saat ini masih bersikap prudent (bijaksana), namun peluang beli bisa muncul.
"Bila kondisi politik dan keamanan mulai kondusif, maka potensi buy on dip terjadi," ungkap Nafan dalam analisisnya.
Strategi buy on dip merujuk pada aksi membeli saham ketika harganya sedang turun dengan ekspektasi akan kembali naik saat pasar pulih.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Keluarga Tahan Banting Anti Mogok, Mulai Rp 60 Jutaan
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Muncul Dugaan Kasus Trans7 vs Ponpes Lirboyo untuk Tutupi 4 Kasus Besar Ini
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
Terkini
-
Guru Besar UGM Prof Nindyo Pramono: Kerugian BUMN Bukan Korupsi, Asal Penuhi Prinsip Ini
-
Pengusaha Logistik Catat Pengiriman Barang Besar Tumbuh Double Digit
-
Suara.com Gandeng Bank Jago, Ajak Guru Cerdas Kelola Finansial dan Antisipasi Hoaks di Era Digital
-
Siapa Pemilik Indonesia Investment Authority? Luhut Usul Dana Rp50 Triliun untuk INA
-
Ripple Labs Siapkan Dana Rp 16 Triliun untuk Borong XRP
-
OJK Catat Nilai Kerugian dari Scam Capai Rp 7 Triliun
-
Biodata dan Karier Thomas Sugiarto Oentoro, Resmi Jabat Wakil Direktur Garuda Indonesia
-
Menkeu Purbaya Beri Diskon PPN 6 Persen untuk Tiket Pesawat Domestik Kelas Ekonomi
-
Mampukah Stimulus BLT Gairahkan Ekonomi Akhir Tahun?
-
Ada BLT Rp300 Ribu Cair Bulan Ini, Siapa Saja yang Berhak Menerimanya?