- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 16,56 poin atau 0,20 persen pada Jumat, 14 November 2025, mencapai level penutupan 8.371,99.
- Penurunan IHSG dipicu sentimen negatif dari data ekonomi Tiongkok kuartal IV-2025 yang menunjukkan perlambatan signifikan pada penjualan ritel dan produksi industri.
- Pelemahan indeks saham juga dipengaruhi oleh tekanan sektor basic material, energi, dan siklikal, dengan total transaksi mencapai Rp 25,45 triliun.
Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir meloyo pada penutupan perdagangan Jumat, 14 November 2025. IHSG ditutup di level 8.371,99 atau turun 16,56 poin setara 0,20 persen.
Sentimen negatif datang dari Asia setelah serangkaian data ekonomi Tiongkok menunjukkan perlambatan yang lebih dalam dari perkiraan di awal kuartal IV-2025.
Berdasarkan riset dari Phillip Sekuritas Indonesia, pasar regional langsung merespons pelemahan aktivitas ekonomi China.
Penjualan eceran pada Oktober hanya tumbuh 2,9 persen secara tahunan, sedikit melambat dibanding 3 persen di bulan sebelumnya. Meski masih berada di atas ekspektasi pasar sebesar 2,7 persen, pertumbuhan ini menjadi yang terendah sejak Agustus 2024.
Sektor industri juga menunjukkan perlambatan tajam. Produksi industri hanya naik 4,9 persen secara tahunan, merosot dari 6,5 persen pada September dan gagal memenuhi perkiraan analis di level 5,5 persen. Perlambatan ini disebabkan meredanya aktivitas manufaktur dan pertambangan selama libur panjang Golden Week.
Tekanan juga datang dari sisi investasi. Investasi aset tetap dilaporkan turun 1,7 persen sepanjang 10 bulan 2025, lebih dalam dibanding kontraksi 0,5 persen pada periode Januari–September. Penurunan tersebut menjadi yang terburuk sejak masa pandemi pada 2020 dan dipicu oleh kontraksi investasi properti, stagnasi proyek infrastruktur, serta melemahnya ekspansi sektor manufaktur.
Sepanjang perdagangan hari ini, sebanyak 314 saham tercatat menguat, sementara 345 saham melemah. Total nilai transaksi mencapai Rp 25,45 triliun dengan volume perdagangan mencapai 62,37 miliar saham.
Sektor yang paling membebani indeks adalah sektor basic material, yang menyumbang penurunan sekitar 6,27 poin. Sektor energi dan sektor siklikal juga turut menekan IHSG masing-masing sekitar 3,10 poin dan 3 poin.
Meski mayoritas sektor melemah, beberapa saham berhasil mencatatkan penguatan signifikan, seperti DSSA yang naik 3,67 persen ke level Rp 91.200. Saham-saham lain seperti SRAJ, MORA, UANG, dan SHIP juga menutup perdagangan dengan lonjakan dua digit.
Baca Juga: Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Di sisi lain, sejumlah saham mencatatkan koreksi dalam, seperti MPRO yang turun 7,09 persen dan GMTD yang anjlok 14,90 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
- Besok Bakal Hoki! Ini 6 Shio yang Dapat Keberuntungan pada 13 November 2025
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Ekonom Ungkap Data dari 'Purbaya Effect' ke Perekonomian Nasional
-
Setelah Garuda Indonesia Danantara Mau Guyur Dana Jumbo ke Krakatau Steel, Berapa Jumlahnya?
-
Purbaya Lempar ke BI soal Wacana Redenominasi Rupiah: Kemenkeu Tak Ada Strategi
-
Menkeu Purbaya Ogah Tarik Cukai Popok hingga Tisu Basah, Tunggu Ekonomi Membaik
-
Penggunaan Minyak Mentah dari Fossil Berakhir Terus Berlanjut Hingga 2050
-
Begini Nasib BUMN Sakit di Tangan Danantara
-
Layanan Digital Makin Tinggi, Bank Mandiri Hasilkan Fee Based Income Rp 5,48 Triliun
-
Pertama Kalinya Setelah Pandemi, Pertumbuhan Ekonomi China Melambat
-
Soal Popok Bayi Kena Cukai, DJBC Buka Suara
-
Tak Hanya Soal Bisnis, Danantara Beri Tugas Penting ke Dua Direksi Ekpatriat Garuda Indonesia