Bisnis / Keuangan
Sabtu, 15 November 2025 | 21:40 WIB
RRI, CORE Indonesia, dan Suara.com menggelar YES 2025 (Suara.com/Tantri Amela Iskandar)

Suara.com - Pada Sabtu (15/11/2025) di Radio Republik Indonesia (RRI), Jakarta Pusat, CORE Indonesia dan Suara.com berkolaborasi menggelar Youth Economic Summit 2025 atau YES 2025. Dalam talkshow Youth Economic Talk, hadir tema "Empowering Youth: Smart Finance, Strategic Investment, Sustainable Business".

Tampil sebagai salah satu pembicara dalam sesi Investasi Portofolio adalah Ni Putu Kurniasari, Chief Operating Officer Bareksa. Topik yang dibawakan adalah kesalahan mindset investasi yang masih banyak terjadi di masyarakat Indonesia.

Ia menyoroti budaya FOMO (Fear Of Missing Out), rasa putus asa generasi muda, hingga tekanan sebagai sandwich generation yang sering membuat seseorang salah langkah sejak awal.

Menurut Putu, banyak orang terjebak di titik awal karena menganggap investasi adalah jalan cepat menuju kekayaan.

“Banyak orang masuk dunia investasi dengan pikiran bahwa investasi pasti bikin kaya. Apalagi sekarang sosial media membuat semua terlihat gampang jadi ‘crazy rich’, akhirnya muncul budaya FOMO yang sebenarnya tidak sehat,” ujarnya.

Youth Economic Talk menghadirkan tema "Empowering Youth: Smart Finance, Strategic Investment, Sustainable Business" (Suara.com/Tantri Amela Iskandar)

Hopeless dan Tekanan Hidup Membentuk Pola Salah

Putu juga menyebut perasaan “hopeless” sebagai salah satu faktor besar yang membuat anak muda enggan menata masa depan finansial. Lonjakan harga properti menjadi contoh yang membuat sebagian orang merasa mustahil mengejar aset tertentu.

“Melihat harga rumah sekarang, banyak orang jadi merasa tidak terjangkau. Lalu muncul pikiran, ya sudah, hidup cuma sekali, mending senang-senang sekarang. Rasa hopeless ini yang akhirnya membuat orang enggan memulai investasi,” jelasnya.

Selain itu, tekanan sebagai sandwich generation juga membuat banyak individu mencari investasi instan tanpa memahami risiko.

Baca Juga: BRI Terus Berkomitmen Majukan UMKM Sebagai Pilar Ekonomi Nasional

“Sandwich generation itu kalau ditanya soal investasi suka satir. Boro-boro invest, kita masih harus bantu kakak, adik, bahkan keponakan. Beban ini membuat orang akhirnya mencari investasi yang langsung besar hasilnya,” kata Putu.

Pahami Profil Risiko dan Pilih Instrumen yang Tepat

Menurut Putu, banyak kesalahan investasi terjadi karena seseorang salah dalam menentukan profil risiko. Orang yang tidak memiliki passion atau waktu untuk mempelajari investasi tidak seharusnya memilih instrumen berisiko tinggi.

“Kalau passion saya guru, ya jangan tiba-tiba lari ke aset yang resikonya tinggi. Begitu rugi, nanti malah bilang investasinya bodong, padahal pilihan awalnya sudah salah,” ungkapnya.

Ia mengingatkan bahwa prinsip dasar investasi tetap berlaku kapan pun.

“Dalam investasi itu sederhana: semakin tinggi imbal hasilnya, pasti semakin tinggi juga risikonya. Itu yang harus dipahami sejak awal,” tegasnya.

Load More