Bisnis / Makro
Kamis, 20 November 2025 | 10:52 WIB
Ilustrasi bank Indonesia
Baca 10 detik
  • IHSG BEI pada perdagangan Kamis pagi menguat signifikan sebesar 0,52% ke level 8.450,44.
  • Keputusan RDG BI November 2025 menahan BI-Rate pada level 4,75% menjadi penopang utama penguatan IHSG.
  • Sentimen global bervariasi; The Fed hati-hati soal pemotongan suku bunga.

Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Kamis pagi menunjukkan performa solid dengan melanjutkan tren penguatan.

Sentimen positif ini dipicu oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan sesuai dengan perkiraan mayoritas pelaku pasar.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG tercatat menguat sebesar 43,86 poin atau 0,52 persen, membawa indeks ke posisi 8.450,44. Kinerja serupa juga ditunjukkan oleh kelompok 45 saham unggulan, Indeks LQ45, yang naik 4,95 poin atau 0,58 persen, mencapai posisi 853,92.

Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suherman, dalam kajiannya di Jakarta, mengemukakan bahwa IHSG berpotensi melanjutkan kenaikannya hari ini, didukung oleh keputusan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan (BI-Rate hold).

Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan November 2025 menjadi penopang utama penguatan IHSG. BI memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 4,75 persen.

Kebijakan suku bunga lainnya juga dipertahankan stabil, dengan suku bunga deposit facility tetap di level 3,75 persen dan suku bunga lending facility di level 5,5 persen.

Sementara itu, dari ranah global, sentimen cenderung bervariasi dan penuh ketidakpastian:

  • Arah Kebijakan The Fed: Beberapa pejabat The Federal Reserve (The Fed) memperingatkan agar tidak terburu-buru melakukan pemotongan suku bunga lebih lanjut, mengingat risiko inflasi yang masih membayangi Amerika Serikat (AS). Namun, Gubernur The Fed Christopher Waller memberikan nada yang lebih lunak, menegaskan dukungannya untuk potensi pelonggaran suku bunga, terutama jika pasar tenaga kerja di AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
  • Tensi Politik Asia: Hubungan antara Jepang dan China kembali menjadi perhatian pasar Asia. Direktur Jenderal Departemen Urusan Asia Kementerian Luar Negeri China, Liu Jinsong, menyatakan ketidakpuasannya pasca-pertemuan dengan diplomat Jepang. Jepang diketahui tidak akan menarik pernyataannya mengenai kemungkinan respons militer jika China sewaktu-waktu melakukan invasi ke Taiwan, hal yang memicu kemarahan publik China dan berpotensi meningkatkan risiko geopolitik di kawasan tersebut.
     

Pergerakan Bursa Global dan Regional 

Meskipun sentimen geopolitik Asia memanas, bursa regional Asia pada pagi hari ini cenderung dibuka positif, mengimbangi pelemahan di Eropa:

Baca Juga: Rupiah Ngacir di Penutupan Sore ke Level Rp 16.708, Imbas BI Rate Ditahan

Nikkei Jepang melonjak signifikan sebesar 3,43 persen ke 50.201,00, seolah mengabaikan ketegangan politik.

Indeks Shanghai China menguat tipis 0,07 persen ke 3.949,78.

Indeks Strait Times Singapura menguat 0,27 persen ke 4.517,35.

Hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang melemah 0,14 persen.

Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat di Wall Street ditutup menguat pada Rabu (19/11):

  • Indeks Dow Jones menguat 0,10 persen ke 46.138,24.
  • Indeks S&P 500 menguat 0,38 persen ke 6.642,41.
  • Indeks Nasdaq menguat 0,56 persen ke 24.640,92.

Kontras terjadi di Eropa, di mana bursa saham Eropa kompak ditutup melemah pada Rabu, di antaranya indeks DAX Jerman melemah 0,08 persen dan indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,47 persen.

Load More