Bisnis / Makro
Kamis, 20 November 2025 | 18:54 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Baca 10 detik
  • Ekonomi digital RI diprediksi melonjak 6 kali lipat dalam 5 tahun.

  • Potensi ekonomi digital nasional capai USD600 M, lampaui proyeksi awal.

  • Jumlah startup RI harus ditingkatkan; masih kalah dari Singapura & Malaysia.

Suara.com - Peta jalan ekonomi Indonesia lima tahun ke depan diproyeksikan akan didominasi oleh lompatan luar biasa di sektor digital. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, optimis bahwa nilai ekonomi digital Indonesia akan bertambah hingga enam kali lipat dan menembus angka fantastis di tengah persaingan ketat di Asia Tenggara.

Hal ini disampaikan Airlangga dalam sambutannya pada acara Ecoverse Summit 2025 di Hotel Westin, Jakarta, Kamis (20/11/2025).

Airlangga menyebut, berdasarkan kesepakatan ASEAN Digital Economic Framework Agreement (DEFA), nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan meningkat dari semula USD 90 miliar menjadi USD 360 miliar pada tahun 2030.

Namun, menurut pemetaan pemerintah, potensi yang dimiliki Indonesia jauh lebih besar dari angka tersebut.

“Opportunity-nya bukan hanya USD 360 miliar tetapi bisa meningkat menjadi USD 600 miliar (sekitar Rp9.000 triliun, kurs Rp15.000/USD),” kata Airlangga, memancarkan optimisme terhadap masa depan digital nasional.

Airlangga menegaskan bahwa estimasi ambisius ini hanya dapat dicapai jika penguatan ekosistem digital berjalan simultan, mencakup regulasi, infrastruktur, dan inovasi teknologi. Pemerintah saat ini fokus mempercepat berbagai strategi agar Indonesia tidak tertinggal dalam kompetisi global.

Sektor yang menjadi tulang punggung penguatan digitalisasi RI adalah infrastruktur penunjang, seperti perluasan jaringan, pusat data, hingga pemanfaatan teknologi terbaru seperti pengembangan Artificial Intelligence (AI), industri Semkonduktor hingga genome Sequencing untuk sektor kesehatan.

Meskipun optimis dengan nilai ekonomi, Airlangga menyoroti satu kelemahan krusial: jumlah perusahaan rintisan (startup) di Indonesia yang masih tertinggal jauh dari negara tetangga.

“Saat ini ada sekitar 45 perusahaan [berpotensi unicorn atau decacorn]. Tapi masih lebih rendah dibandingkan negara ASEAN seperti Malaysia yang memiliki 60 lebih perusahaan startup, Singapura bahkan lebih banyak lagi dengan 450 perusahaan atau kali lipat dari Indonesia,” pungkasnya.

Baca Juga: MK Batalkan Aturan HGU 190 Tahun di IKN, Airlangga: Investasi Tetap Kami Tarik!

Load More