Bisnis / Makro
Senin, 01 Desember 2025 | 08:33 WIB
Ilustrasi farmasi. [Pixabay]
Baca 10 detik
  • Sektor IKFT tetap menjadi pilar utama industri nasional dengan kinerja dan pertumbuhan yang stabil serta kontribusi besar terhadap PDB dan ekspor.

  • Investasi dan utilitas industri meningkat, didorong hilirisasi dan optimisme pelaku usaha, meski impor bahan baku masih tinggi.

  • Pemerintah fokus memperkuat struktur industri hulu–hilir untuk mengurangi ketergantungan impor dan mencapai target transformasi ekonomi 2025–2045

Sasaran tersebut mencakup peningkatan kontribusi industri pengolahan terhadap PDB hingga 21,9 persen dan percepatan pertumbuhan ekonomi nasional menuju 8 persen pada 2029.

Ilustrasi batubara (bskdn.kemendagri.go.id)

Dalam kerangka tersebut, sektor IKFT diarahkan untuk terus menjadi motor penggerak perekonomian, baik melalui peningkatan konsumsi domestik, ekspor, investasi, maupun substitusi impor.

“Kunci kita adalah memperkuat struktur industri dari hulu sampai hilir. Mulai dari kemandirian bahan baku, modernisasi mesin, hingga percepatan transformasi digital dan ekonomi sirkular,” tegas Taufiek.

Ia menambahkan bahwa pemerintah telah menyiapkan serangkaian program prioritas, mulai dari percepatan restrukturisasi mesin, hilirisasi komoditas migas, batubara, dan mineral, revitalisasi industri pupuk nasional, peningkatan ekspor dan investasi, hingga penguatan rantai pasok bahan baku.

Di balik capaian tersebut, sejumlah tantangan tetap harus diantisipasi, seperti tingginya impor bahan baku kimia, ketergantungan terhadap Active Pharmaceutical Ingredients (API), masuknya produk tekstil murah, hingga potensi masuknya produk kaca dari negara lain.

Pemerintah menilai persoalan itu harus dijawab lewat strategi yang menyeluruh, mulai dari harmonisasi standar, peningkatan kualitas produk, hingga perluasan akses pasar.

Load More