- Aktivitas likuidasi harian pasar kripto melonjak tiga kali lipat dibandingkan siklus sebelumny.
- Puncak likuidasi terjadi pada 10 Oktober 2025, menyebabkan OI anjlok 22% dan menandai deleveraging tajam.
- Pasca peluncuran ETF, penemuan harga bergeser ke pasar spot sementara volume transaksi jaringan Bitcoin melampaui Visa dan Mastercard.
Suara.com - Pasar kripto global kini memasuki fase siklus yang jauh lebih terleveraging, ditandai dengan lonjakan tajam dalam aktivitas likuidasi harian.
Menurut laporan terbaru dari firma analisis terkemuka Glassnode dan Fasanara, volume rata-rata likuidasi futures harian kini melonjak hingga hampir tiga kali lipat dibandingkan siklus pasar sebelumnya.
Peningkatan ini didorong oleh kenaikan drastis dalam Open Interest (OI—nilai kontrak terbuka yang belum diselesaikan) dan meluasnya aktivitas di berbagai bursa.
Laporan tersebut merinci bahwa rata-rata futures wipeouts (likuidasi) harian telah meningkat tajam:
Posisi Long: Dari sekitar $28 juta pada siklus lalu, naik menjadi rata-rata $68 juta pada siklus saat ini.
Posisi Short: Dari sekitar $15 juta pada siklus lalu, naik menjadi rata-rata $45 juta pada siklus saat ini.
Puncak dari fenomena ini terlihat jelas pada 10 Oktober 2025, yang disebut para peneliti sebagai "Jumat Hitam Awal" (Early Black Friday).
Selama aksi jual besar tersebut, lebih dari $640 juta per jam posisi long dilikuidasi ketika harga Bitcoin merosot dari $121.000 ke $102.000.
Sebagai respons, Open Interest anjlok 22% dalam waktu kurang dari 12 jam, dari $49,5 miliar menjadi $38,8 miliar. Glassnode menyebut peristiwa ini sebagai salah satu deleveraging paling tajam dalam sejarah Bitcoin.
Baca Juga: Harga Bitcoin Kembali ke Level USD 90.000, Altcoin Ikut Naik di Zona Hijau
Aktivitas pasar futures Bitcoin telah berkembang pesat. Open Interest kini mencapai rekor tertinggi, yakni $67,9 miliar. Volume perdagangan harian di pasar futures juga melonjak, sempat mencapai $68,9 miliar pada pertengahan Oktober.
Kontrak perpetual (kontrak tanpa batas waktu kedaluwarsa) mendominasi, menyumbang lebih dari 90% dari seluruh aktivitas futures.
Dikutip via CoinTelegraph, laporan tersebut mencatat pergeseran menarik sejak peluncuran Exchange-Traded Funds (ETF) Bitcoin spot di Amerika Serikat pada awal 2024:
- Pergeseran Penemuan Harga: Penemuan harga Bitcoin kini lebih cenderung bergeser ke pasar cash (spot), sementara leverage semakin terkonsentrasi di pasar futures.
- Dominasi Bitcoin: Pergeseran ini menarik modal ke aset utama, mendorong pangsa pasar Bitcoin dari 38,7% di akhir 2022 menjadi 58,3% saat ini.
Volume Spot Bitcoin Berlipat Ganda
Yang patut diperhatikan, volume perdagangan spot Bitcoin juga meningkat dua kali lipat dibandingkan siklus sebelumnya, bergerak dalam kisaran harian $8 miliar hingga $22 miliar.
Selama crash 10 Oktober, volume spot per jam melonjak hingga $7,3 miliar, tiga kali lipat dari puncak normal, menandakan bahwa investor bergerak cepat untuk buy the dip (membeli di harga rendah) alih-alih melarikan diri dari pasar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Purbaya Mau Ubah Skema Distribusi Subsidi, Ini kata ESDM
-
Menkeu Purbaya Pertimbangkan Tambah Anggaran TKD ke Pemda 2026, Ini Syaratnya
-
Peserta Asuransi Kesehatan Swasta Harus Ikut Bayar Biaya RS Mulai Januari 2026
-
Bioekonomi Jadi Strategi Kunci Transformasi RI 2045, Apa Itu?
-
Emiten KEEN Menang Tender Garap PLTS Tobelo 10 MW
-
Hasil Riset: 52 Persen Akuntan Muda Ingin Jadi Pengusaha
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
KB Bank Dorong Generasi Muda Bandung Berkarya Lewat GenKBiz dan Star Festival 2025
-
Purbaya Resmikan Rusun ASN Kemenkeu Rp 54 Miliar di Bali, Biaya Sewa per Bulan Rp 300 Ribu
-
Meski Dihantam Aksi Ambil Untung, IHSG Ditutup Tetap di Level 8.600