- Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa membandingkan kebijakan ekonomi era SBY dan Jokowi dalam wawancara dengan Gita Wirjawan.
- Era SBY mencatatkan pertumbuhan ekonomi 6% digerakkan sektor swasta dengan pertumbuhan uang primer 17%.
- Era Jokowi memperlihatkan sektor pemerintah lebih aktif sementara pertumbuhan swasta melambat signifikan.
Suara.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa blak-blakan mengungkapkan kebijakan ekonomi Pemerintah di era Presiden RI terdahulu, baik itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maupun Joko Widodo (Jokowi).
Dalam wawancara bersama Gita Wirjawan selaku Menteri Perdagangan era SBY periode 2011-2014, mulanya Menkeu Purbaya menyebut kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia kala itu mencapai 6 persen.
"Zamannya Anda jadi menteri, pertumbuhan ekonomi kita 6 persen," kata Purbaya, dikutip dari kanal YouTube Gita Wirjawan, Minggu (7/12/2025).
Purbaya mengatakan kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia era SBY digerakkan oleh sektor swasta dengan pertumbuhan uang primer (M0) rata-rata 17 persen serta kredit 23 persen.
"Jadi swastanya jalan, ekonomi tumbuh 6 persen, tapi sektor pemerintahnya agak santai waktu itu," lanjutnya.
Berbeda dengan perekonomian era Jokowi. Purbaya menilai kalau sektor Pemerintah lebih aktif, sedangkan swasta lebih lambat.
"Sebaliknya, zaman Pak Jokowi, pemerintahnya aktif, sektor swastanya lambat sekali karena uangnya hanya tumbuh 7 persen. Kredit juga single digit 5–7 persen. Bahkan di titik tertentu negatif M0-nya, dan ekonominya susah sekali," beber dia.
"Zaman pak SBY, itu digerakkan sektor swasta, pemerintah santai. Zamannya Pak Jokowi, pemerintah memimpin pertumbuhan, swasta enggak dikasih ruang," jelasnya.
Baca Juga: Cerita Menkeu Purbaya Kesulitan Kuliah S3 Ekonomi di Luar Negeri, Hampir Diceraikan Istri
Berita Terkait
-
Cerita Menkeu Purbaya Kesulitan Kuliah S3 Ekonomi di Luar Negeri, Hampir Diceraikan Istri
-
Di Tengah Tantangan Hidup: Begini Komunitas dan Pelayanan Keagamaan Menguatkan Generasi Muda
-
Purbaya Mau Ubah Skema Distribusi Subsidi, Ini kata ESDM
-
Menkeu Purbaya Pertimbangkan Tambah Anggaran TKD ke Pemda 2026, Ini Syaratnya
-
Bioekonomi Jadi Strategi Kunci Transformasi RI 2045, Apa Itu?
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
Terkini
-
Aceh Terancam Gelap, ESDM Kebut Bangun 2 Tower Emergency Sediakan Akses Listrik
-
Tak Ada Korban Jiwa, Perusahaan Tambang Emas Ini Sudah Pelajari Risiko Sebelum Banjir Bandang
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Cerita Menkeu Purbaya Kesulitan Kuliah S3 Ekonomi di Luar Negeri, Hampir Diceraikan Istri
-
AMRT Mau Buyback Saham Rp1,5 Triliun, Mulai 8 Desember 2025 Hingga Maret 2026
-
Bisa Jalan 2027, LPS Ungkap 3 Skema Penjaminan Polis Asuransi
-
Penjelasan di Balik Polemik Pelepasan 1,6 Juta Hektare Kawasan Hutan Era Zulhas
-
OJK Telusuri 47 Kredit Bermasalah Bank Kaltimtara, Periksa Direksi Hingga Debitur
-
Harga RATU Tembus 20.000, Gara-gara Aksi Saham Terbaru?
-
Investor Asing Borong Pasar Saham, SBN dan SRBI Rp 14,08 Triliun di Awal Desember