- Kejahatan siber pasar modal marak terjadi menggunakan modus seperti phishing, menyasar kredensial authentication seperti password dan OTP.
- Akar masalah utama adalah penggunaan Email-OTP oleh sekuritas, berbeda dengan bank yang beralih ke SIM-OTP lebih aman.
- IPOT menerapkan keamanan tiga lapis berbasis SIM-OTP, device binding, dan persetujuan eksplisit, melebihi standar perbankan saat ini.
Suara.com - Kejahatan siber kini mulai menjamur di industri pasar modal. Modus yang paling banyak terjadi yakni, modus phishing, social engineering, hingga situs palsu.
Dalam banyak kasus, pelaku berhasil mengakses authentication credentials seperti username, password, PIN, bahkan OTP tanpa disadari pemilik akun.
Di balik maraknya pembobolan akun tersebut, tersimpan satu akar masalah yang jarang dibicarakan, penggunaan Email-OTP oleh sebagian besar perusahaan sekuritas di Indonesia. Metode autentikasi ini dinilai mudah diakses dari berbagai perangkat, rentan diretas, dan menjadi sasaran utama serangan phishing.
Banyak bank besar di Indonesia telah lama meninggalkan Email-OTP dan beralih ke SIM-OTP, yang dinilai lebih aman karena berbasis verifikasi fisik melalui SIM card. Namun, standar keamanan ini belum sepenuhnya diadopsi oleh pelaku industri sekuritas.
"Dalam kondisi penetrasi digital yang semakin tinggi, keamanan harus bergerak dari autentikasi berbasis email menuju autentikasi fisik dan device-based. Sistem IPOT dirancang untuk tetap aman bahkan ketika kredensial pengguna bocor. Kami siap mendukung regulator dalam menetapkan standar keamanan baru bagi seluruh pelaku industri,” ujar CEO PT Indo Premier Sekuritas, Moleonoto di Jakarta, Rabu (10/12/2025).
IPOT menegaskan, penggunaan Email-OTP memiliki berbagai kelemahan mendasar, seperti potensi phishing, password reuse, dan akses lintas perangkat tanpa disadari pemilik akun.
Karena itu, mereka mengajak investor memahami perbedaan mendasar antara Email-OTP dan SIM-OTP, terutama dalam konteks perlindungan aset.
Dalam sistemnya, IPOT menerapkan arsitektur keamanan tiga lapis, terdiri dari SIM-OTP sebagai two-factor authentication (2FA), ASDI (App-Scoped Device Identifier) untuk kunci perangkat, dan Add Device Approval sebagai kontrol eksplisit penambahan perangkat baru.
Struktur keamanan ini disebut setara bahkan lebih ketat dibandingkan standar perbankan nasional. Dengan kombinasi tiga lapis tersebut, proses peretasan menjadi jauh lebih sulit.
Baca Juga: Ribut Saham Gorengan, Insentif Pasar Modal untuk Apa?
Kata sandi yang bocor tidak cukup untuk membuka akun, OTP yang dicuri tidak serta-merta memberikan akses, dan penambahan perangkat harus melalui persetujuan sadar dari investor.
IPOT juga memperkuat sistemnya melalui fraud detection berlapis, pemantauan anomaly login, audit trail, enkripsi tingkat tinggi, hingga pembekuan otomatis bila terdeteksi aktivitas mencurigakan.
Menurut IPOT, industri pasar modal perlu bergerak mengikuti model keamanan modern berbasis physical possession, device binding, dan explicit user intent. Tanpa itu, risiko pembobolan akun dan hilangnya dana investor akan terus meningkat.
Melalui kampanye keamanan ini, IPOT berharap seluruh pelaku industri sekuritas dapat meningkatkan standar perlindungan konsumen, sekaligus mengurangi kerentanan sistemik akibat penggunaan Email-OTP yang sudah dianggap usang dan berbahaya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Hashim Djojohadikusumo Nyemplung ke Aset Digital: Arsari Group Resmi Jadi Pemegang Saham COIN!
-
ESDM Pede Lifting Minyak Tahun ini Bisa Lampaui Target 610 Ribu Barel
-
Penjualan Eceran Diprediksi Melejit di November 2025, Apa Pemicunya?
-
INET Tancap Gas, Target Harga Saham Meroket: Efek Ekspansi Rp4,2 Triliun?
-
Wamentan Sudaryono Promosikan Peluang Investasi Pertanian ke Rumania, Indonesia Swasembada Beras
-
Ribut Saham Gorengan, Insentif Pasar Modal untuk Apa?
-
Disegel dan Jadi Penyebab Banjir, PTPN III Ternyata Berniat Tambah 59 Ribu Hektar Lahan Sawit
-
Mandat Digitalisasi Negara: BUMN Ini Dianggap Punya 'Privilege' Bisnis Masa Depan!
-
Tambang Emas Terafiliasi ASII di Sumut Disegel, KLH Soroti Potensi Pidana
-
DEWA dan BUMI Meroket, IHSG Menguat ke Level 8.693 dengan Transaksi 19 Triliun