Bisnis / Makro
Rabu, 24 Desember 2025 | 12:47 WIB
Ilustrasi sapi perah. [Shutterstock]
Baca 10 detik
  • PT Perkebunan Kandangan Madiun mematangkan proyek PSN hilirisasi susu terpadu di kawasan Madiun sejak Desember 2025.
  • Proyek ini akan mengimpor sapi perah F1 unggulan dari AS untuk mencapai produksi susu skala besar domestik.
  • Perusahaan akan bermitra dengan petani lokal untuk pasokan pakan guna mendukung program peningkatan gizi nasional.

Suara.com - Isu hilirisasi sektor perkebunan dan peternakan kembali menguat seiring dorongan pemerintah mengurangi ketergantungan impor bahan pangan strategis.

Setelah sawit, tebu, hingga kakao, pengembangan rantai nilai susu kini masuk radar kebijakan nasional, terutama untuk menopang kebutuhan gizi masyarakat dan program prioritas pemerintah.

Di tengah tantangan impor susu yang masih mendominasi pasar domestik, penguatan produksi dari hulu hingga hilir dinilai krusial.

Selain meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, langkah ini juga membuka peluang keterlibatan petani lokal dalam ekosistem perkebunan dan peternakan terpadu yang berkelanjutan.

PT Perkebunan Kandangan Madiun Proyek Strategis Nasional (PSN) terus mematangkan persiapan realisasi hilirisasi susu nasional.

Salah satu langkah strategis dilakukan melalui pertemuan daring bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas yang mendukung pengembangan hilirisasi susu sebagai bagian dari strategi peningkatan produksi dan konsumsi gizi masyarakat.

Direktur PT Perkebunan Kandangan Madiun PSN, Roberto Hendrikson, menyampaikan pembahasan tersebut berlangsung dalam pertemuan daring dengan Bappenas pada Rabu (17/12).

Dalam forum itu, perusahaan memaparkan kebutuhan dukungan usulan PSN pada program peningkatan produksi susu nasional.

"Di pertemuan daring itu, saya menyampaikan beberapa hal tentang kesiapan dukungan PT Perkebunan Kandangan Madiun PSN terhadap program peningkatan produksi susu. Di antaranya kesanggupan penyediaan susu yang diproduksi dari sapi perah unggulan jenis F1 yang kami impor dari Amerika Serikat," ujar Roberto, kepada wartawan, Rabu (24/12/2025).

Baca Juga: Ini Strategi Ketergantungan Impor Komponen Kapal Sebesar 80 Persen

Roberto menjelaskan, kawasan Madiun disiapkan menjadi pusat produksi susu berbasis sapi perah unggulan F1 yang dikembangkan secara terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Kawasan tersebut dirancang sebagai model peternakan sapi perah modern terbesar di Indonesia.

“Pengembangan dilakukan mulai dari budidaya sapi perah hingga pengolahan susu dalam satu kawasan terpadu,” kata Roberto.

Pada tahap awal, perusahaan akan mengimpor sapi perah F1 dari Amerika Serikat. Jenis sapi ini dikenal memiliki produktivitas tinggi dengan produksi susu mencapai 45–55 liter per sekali perah, jauh di atas rata-rata sapi lokal yang berada di kisaran 18 liter.

Dengan masa laktasi sekitar 280–300 hari, Roberto menilai sapi F1 mampu menopang kebutuhan susu dalam skala besar dan berkelanjutan.

Pasokan ini juga disiapkan untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang membutuhkan suplai susu stabil.

Load More