Suara.com - Pemerintah Arab Saudi, Minggu (20/4/2014) mengumumkan adanya tujuh kasus baru Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Sehingga total sudah ada 36 orang yang terinfeksi penyakit ini dalam lima hari terakhir. Melonjaknya kasus MERS sepekan terakhir memicu kekhawatiran dunia.
Pasalnya, hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan penyakit yang menyerang sistem pernafasan itu, Penyakit yang disebabkan virus berasal dari unta ini juga cukup berbahaya dan membunuh sepertiga dari pasien yang terjangkiti.
Kamis lalu, badan kesehatan dunia WHO melaporkan dua kasus MERS di kawasan Asia Tenggara. Seorang warga Malaysia yang baru pulang menunaikan ibadah umrah meninggal akibat terjangkit MERS. Seorang tenaga kerja perempuan Filipina yang pulang melalui Abu Dhabi, Uni Emirat Arab juga dinyatakan positif MERS.
Dua kasus itu meningkatkan kerisauan dunia akan potensi penyebaran MERS yang disebabkan oleh virus corona ini. Keseriusan pemerintah Arab Saudi mengatasi penyebaran penyakit mematikan ini digugat, mengingat jutaan jemaah dari seluruh dunia menunaikan ibadah Haji dan umrah ke negara itu.
“Kekhawatirannya adalah bahwa otoritas kesehatan Saudi belum bisa mengatasi wabah ini,” kata William Schaffner, pakar penyakit menular di Vanderbilt University, Amerika Serikat.
MERS merebak selama sebulan di Timur Tengah, dan 60 kasus baru MERS ditemukan selama sebulan terakhir, termasuk enam kasus baru yang terdeteksi Kamis kemarin di Arab Saudi. Setengah dari kasus itu terdeteksi pada pekerja di bidang kesehatan.
Secara keseluruhan WHO mencatat 243 kasus, termasuk 93 angka kematian akibat MERS, yang pertama kali diidentifikasi pada September 2012. Sebagian besar kasus MERS ditemukan di Arab Saudi. Selain Asia Tenggara dan Timur Tengah, MERS juga sudah ditemukan di Eropa. Belum ada laporan penyakit itu di AS.
Pemerintah Filipina, mengatakan sedang melacak penumpang yang menumpang pesawat yang sama dengan perawat yang terjangkit MERS itu. Selain itu mereka telah mengkarantina sejumlah orang yang pernah berhubungan dengan perawat tersebut.
Sementara Malaysia sudah mengarantina 64 orang yang pernah berhubungan dengan pasien yang meninggal tersebut.
(Reuters/Wall Street Journal)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda