Suara.com - Pemerintah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, mengklaim sejak wilayah tersebut terpapar kabut asap sebulan lalu, jumlah warganya yang terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Atas atau ISPA naik 400 persen.
"Jumlah ini mengkhawatirkan, bukan saja ISPA, kabut asap juga mengakibatkan penyakit lainnya seperti diare, iritasi mata, kulit," ungkap Wali Kota Pekanbaru, Firdaus, di Pekanbaru, Senin (21/9/2015).
Menurut dia, jumlah penderita ISPA selama sebulan di wilayah tersebut sudah lebih dari 6.000 orang. "Naik 400 persen dari data bulan sebelumnya," tutur Firdaus.
Untuk menanggulagi warganya yang sakit akibat ISPA pasca-kebakaran lahan dan hutan, lanjut dia, pihaknya sudah memberikan pelayanan maksimal, dengan mengaktifkan pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan puskesmas pembantu (Pustu) se-Pekanbaru.
"Kami siagakan 51 puskesmas dan pustu selama 24 jam," tutur Firdaus.
Selain itu, melalui Camat pihaknya juga sudah mengimbau layanan kesehatan lainnya yang ada baik klinik, praktek dokter agar bersedia kooperatif membantu melayani masyarakat yang berobat akibat kabut asap.
"Jika perlu layanan kesehatan ini menambah jam buka dari biasanya," tutur wali kota.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Helda S Munir membenarkan bahwa memasuki minggu ke-7 peningkatan jumlah penderita ISPA di Pekanbaru naik drastis dari biasanya. Ini akibat memburuknya kualitas udara sebulan terakhir hingga ditetapkan dalam kondisi darurat asap.
"Kini jumlahnya sudah 6.000 an lebih, ini data yang kami himpun dari semua puskesmas dan pustu," ujarnya.
Meski demikian, jelas Helda, kondisinya sejauh ini rata-rata belum ada yang dirawat inap. Karena masih sebatas pengobatan jalan.
"Penanggulangan di Puskesmas sejauh ini masih rawat jalan belum ada yang dirujuk," bebernya.
Berbicara ketersediaan obat-obatan untuk melayani kebutuhan puskesmas dan pustu selama ini, Helda menjelaskan tidak ada masalah.
"Obat kita cukup untuk melayani peningkatan penderita ISPA, apalagi kita akan kedatangan pasokan karena baru lelang," urainya.
Helda bahkan menilai, hingga akhir tahun kebutuhan obat-obatan baik untuk penyakit ISPA dan ikutannya serta penyakit lainnya di Pekanbaru memadai.
Sebagai informasi, data Dinas Pendidikan masih meliburkan para siswa di seluruh jenjang pendidikan hingga Selasa (22/9/2015).
Sementara data Badan Meterologi, Klimatoligi dan Geofisika Pekanbaru pada Senin pukul 14.00 WIB, kondisi PM10 ada pada angka 64, atau status sedang. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?