Suara.com - Ilmu parenting atau pengasuhan, memang tak bisa diaplikasikan dalam setiap hubungan antara orangtua dan anak. Setiap orang tua memiliki perbedaan dan sebenarnya, tidak ada teknik yang salah dalam mendidik anak.
Tapi 2016 akan berakhir. Menurut Nitin Pandey, CEO dan pendiri Parentune.com, salah satu komunitas pengasuhan online, ada beberapa pengasuhan yang akan menjadi tren di tahun mendatang yang dipengaruhi oleh berbagai hal yang terjadi dalam keluarga.
Adanya invasi teknologi dalam kehidupan kita, yang menurut Nitin, dapat mempengaruhi gaya pengasuhan menjadi lebih berkembang dan cerah.
"Dengan keluarga berpenghasilan lebih di mana suami dan istri bekerja, peningkatan akses ke teknologi dan perubahan dalam dinamika keluarga, kita sudah melihat munculnya beberapa kecenderungan orangtua yang menarik," ungkap dia.
Berikut beberapa tren pengasuhan yang diprediksi akan digunakan oleh banyak orangtua pada 2017, seperti dilansir dari Times of India.
1. Teknologi yang lebih baik untuk memantau anak-anak
Nitin menjelaskan, tidak hanya di kota-kota metropolitan, namun tren 'Hari Peduli Anak' akan terjadi di kota-kota yang lebih kecil juga, dengan semakin banyaknya keluarga perpenghasilan ganda.
Maklum, keselamatan anak-anak merupakan masalah besar bagi orangtua yang menyekolahkan anak-anak mereka ke pusat-pusat penitipan. Sementara banyak pusat penitipan anak menawarkan akses online kepada orangtua untuk menonton kegiatan anak mereka setiap saat, sepanjang hari.
Mungkin ada banyak teknik yang lebih inovatif datang di tahun depan. Tahun 2017 diharapkan orangtua memiliki bantuan teknologi yang lebih baik dan lebih kuat.
2. Waktu menyusui lebih lama
Kita semua tentu sudah mengetahui bahwa seorang ibu yang baru melahirkan harus menyusui bayinya hingga minimal 6-9 bulan. Dan sebagian besar ibu sudah melakukan hal itu.
Jelas, menyusui adalah pilihan pribadi, tetapi pada 2017 sebagian besar ibu akan menyusui anak mereka hingga di atas 2 tahun atau lebih.
3. Hentikan sharenting berlebihan
Setiap orangtua tentu mencintai anak-anaknya. Pada 2016, banyak dari orang tua yang mengekspresikan rasa cinta mereka ini dalam berbagai platform online atau seluruh media sosial yang mereka miliki. Bahkan, kebanyakan anak, memiki akun media sosial mereka sendiri, sebelum mereka bisa mengurusnya.
Beberapa orangtua bahkan memulai debutnya dengan mengunggah foto USG mereka dalam media sosial. Sebelum anak-anak ini mengerti dan menyadari apa itu sosial media, mereka bahkan sudah terkenal di dunia maya dan memiliki kepribadian online yang dibentuk oleh orang tua mereka sendiri.
Stacey Steinberg, seorang profesor hukum dan direktur dari Center on Children and Families, Florida menulis dalam dalam sebuah postingannya, setiap orang tua memang tidak berbagi informasi yang jahat dalam media sosial mereka, mereka hanya gagal mempertimbangkan risiko dan potensi yang akan terjadi dalam jangka panjang, dari apa yang mereka posting secara online.
"Semua ini bisa berisiko bagi keselamatan anak beresiko. Banyak orang tua saat ini mulai menyadari, dengan demikian, tren terlalu banyak berbagi tentang anak di sosial media, kemungkinan akan berkurang di tahun depan," ungkapnya.
4. Mainan yang netral gender
Barbie untuk anak perempuan, Hot Wheels untuk anak laki-laki. Apakah Anda tidak berpikir bahwa ini akan membatasi imajinasi anak serta keterampilannya? Anak-anak harus memiliki akses yang sama terhadap konsep-konsep baru, dan seharusnya hal ini tidak membatasi mereka, tentang apa yang harus mereka suka dan peran apa yang harus mereka jalani.
Yang harus memutuskan apa yang lebih menyenangkan bagi mereka adalah mereka sendiri, bukan orangtua.
"Banyak orangtua yang sudah memilih mainan yang netral gender dan ini diharapkan di tahun depan bisa lebih besar yang menyadari hal ini," kata Sujata Tripathi, kepala sekolah dari sekolah Noida.
5. Mulai menggunakan pengasuh yang memiliki keahlian
Pada 2016, ketika orangtua memutuskan untuk menyewa pengasuh, biasanya mereka hanya melihat apakah pengasuh tersebut higienis dan cukup aktif untuk mengurus kebutuhan mendesak anak. Tapi saat ini, tren yang sedang berkembang adalah menyewa pengasuh dengan lisensi medis, latar belakang pendidikan yang tepat, kemampuan untuk berbicara dalam bahasa Inggris dan banyak lagi.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Jadi Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia, John Herdman Punya Kesamaan Taktik dengan STY
Terkini
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci