Suara.com - Di dunia dimana selalu ada kompetisi untuk mencapai puncak, stres adalah sesuatu hal yang telah kita semua 'pelajari' untuk dijalani.
Masalah keuangan, hubungan, pekerjaan, kesehatan, tekanan masyarakat, merupakan masalah-masalah yang masuk ke dalam daftar hal dalam hidup yang menyebabkan seseorang merasa stres tidak ada habisnya.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan, bagaimana stres secara negatif dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang. Kini, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa tekanan dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk memprediksi bahaya baru yang akan hadapi.
Penelitian ini bertentangan dengan pandangan konvensional bahwa stres meningkatkan kemampuan kita untuk mendeteksi dan menyesuaikan diri dengan sumber ancaman yang berubah.
"Stres tidak selalu meningkatkan persepsi bahaya di lingkungan, seperti yang sering diasumsikan," kata Candace Raio, seorang peneliti postdoctoral di New York University.
"Faktanya, penelitian kami menunjukkan bahwa ketika kita berada dalam kondidi stres, kita kurang memperhatikan perubahan lingkungan, yang berpotensi membuat kita berisiko tinggi untuk mengabaikan sumber ancaman baru," kata Raio, penulis utama studi yang dipublikasikan dalam jurnal PNAS.
"Akibatnya, stres dapat mengurangi fleksibilitas tanggapan kita terhadap ancaman dengan mengganggu seberapa baik kita melacak dan memperbarui prediksi keadaan yang berpotensi berbahaya," katanya.
Meskipun belajar untuk memprediksi ancaman di lingkungan sangat penting untuk bertahan hidup, hal penting juga untuk bersikap fleksibel dan mengendalikan sumber ancaman.
Untuk menguji fleksibilitas, seseorang harus memperbarui respons ancaman dalam kondisi stres. Para peneliti kemudian melakukan serangkaian eksperimen yang berpusat pada "pengkondisian Pavlovian".
Baca Juga: Kontrol Tekanan Darah dengan Ramuan Kulit Bawang
Di sini, subjek diminta melihat gambar dalam layar komputer. Saat penelitian tersebut, muncul beberapa gambar yang digabungkan dengan sengatan listrik ringan dan berfungsi sebagai "isyarat ancaman". Sementara gambar lainnya tidak dipasangkan dengan kejutan sebagai isyarat aman.
Sehari kemudian, setengah dari peserta menjalani prosedur laboratorium yang dirancang untuk menginduksi stres. 'Kelompok stres' kemudian diminta menempatkan lengan mereka di pemandian air es selama beberapa menit, yang meningkatkan dua hormon stres yang dikenal sebagai alfa-amilase dan kortisol.
Kemudian, semua subjek penelitian mengulangi prosedur pengkondisian ancaman tersebut.
Pada hari kedua percobaan, kelompok stres cenderung tidak mengubah respons mereka terhadap ancaman daripada kelompok kontrol, sebuah indikasi bahwa stres mengganggu kemampuan untuk lebih fleksibel dalam mendeteksi ancaman baru
Secara khusus, peserta yang stres menunjukkan respons fisiologis yang berkurang terhadap isyarat ancaman baru.
Para peneliti kemudian menerapkan model pembelajaran komputasi untuk lebih memahami bagaimana stres mempengaruhi fleksibilitas dalam pengambilan keputusan.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
Terkini
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci