Suara.com - Tahun depan pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan akan mengenakan tarif cukai 57 persen pada rokok elektrik atau vape.
Tujuannya tentu saja untuk menekan konsumsi rokok elektrik yang kini banyak dipakai oleh golongan yang tak seharusnya seperti anak sekolah.
Namun studi baru-baru ini yang dilakukan Universitas Catania di Italia yang menyebutkan bahwa vape tidak menimbulkan risiko kesehatan serius dibandingkan dengan rokok biasa yang dikonsumsi dengan cara dibakar.
Direktur Universitas Catania, Italia Riccardo Polosa, mengatakan, konsumsi vape tidak menyebabkan masalah pada paru-paru, bahkan pada konsumen yang menggunakan rokok elektrik secara reguler. Temuan ini didapat setelah peneliti menilik dari sisi fisiologis, klinis, ataupun efek inflamasi pada responden.
Selain itu, Polosa dan tim juga tidak melihat adanya perubahan yang berarti pada tekanan darah atau denyut jantung para responden.
"Kami tidak menemukan bukti adanya masalah kesehatan, terkait penggunaan rokok elektrik dalam jangka panjang berdasarkan riset kami," kata Polosa seperti dipublikasikan dalam Jurnal Scientific Reports.
Untuk mendapat temuan ini, Polosa dan tim melakukan penelitian selama 3,5 tahun dengan menyasar pengguna vape berusia 23-35 tahun, serta menyasar sekelompok orang non-perokok lainnya dengan rentang usia yang sama.
Para peneliti melakukan analisis beberapa faktor kesehatan seperti tekanan darah, denyut jantung, berat badan, fungsi paru-paru, gejala pernapasan, napas oksida nitrat, penghembusan karbon monoksida, dan tomografi resolusi tinggi pada paru-paru.
"Tidak ada temuan patologis yang dapat diidentifikasi pada tomografi resolusi tinggi pada paru-paru dan tidak ada gejala pernafasan yang dilaporkan secara konsisten pada pengguna rokok elektrik," tambah Polosa.
Studi dengan topik serupa juga sudah dilaksanakan di Indonesia oleh Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP). Mereka membuktikan bahwa vape sebagai produk tembakau alternatif justru memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan produk rokok yang dibakar.
Hal ini terjadi karena produk yang tidak dibakar dapat mengeliminasi TAR, racun berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran tembakau dan sebagian bersifat karsinogenik,” kata Pendiri YPKP Prof Dr. Achmad Syawqie Yazid.
Ia juga menyebutkan inovasi dari produk tembakau alternatif dapat menjadi solusi efisien untuk mengatasi masalah adiksi rokok.
"Saat ini, masih banyak penafsiran yang salah terkait produk tembakau alternatif seperti nikotin tempel, snus, vape, dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, padahal, produk-produk tersebut telah terbukti secara klinis dapat menjadi alternatif untuk menekan dampak buruk dari rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar,” jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara