Suara.com - Audrey Alami Taruma Berat, Psikolog Sarankan 2 Metode Terapi.
Kasus kekerasan dan penganiayaan yang menimpa seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Audrey berusia 14 tahun di kota Pontianak, Kalimantan Barat telah menyita perhatian publik. Sejak semalam, jagad maya ramai dipenuhi tagar #justiceforaudrey.
Natizen meminta polisi berlaku adil dengan memberi hukuman seberat-beratnya kepada pelaku penganiayaan yaitu siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berjumlah 12 orang. AU di-bully, juga disiksa secara fisik hingga terjadi pendarahan di beberapa bagian tubuhnya. Para pelaku bahkan melakukan kekerasan pada kemaluan korban.
Atas kejadian tersebut, publik menilai tidak pantas seorang remaja perempuan mendapat perlakukan kasar dan aniaya dari remaja perempuan lainnya hanya karena soal asmara dan saling sindir status di media sosial.
Mengamati kasus ini, Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Suarti Ariani mengatakan, korban mengalami kekerasan berlapis, baik secara fisik yang parah dan psikis. Untuk menyembuhkannya korban harus menjalani dua metode penyembuhan, baik secara klinis dan terapi pisikologis.
Menurut psikolog jebolan Universitas Indonesia ini, ada banyak metode penyembuhan yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan trauma psikologis yang dialami korban AU. Salah satu caranya ialah dengan metode bermain.
“Mengingat usia korban yang masih remaja, permainan yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan jenis-jenis permainan yang mengandung unsur kerja sama. Sebab, mungkin saja korban mengalami krisis kepercayaan baik terhadap diri sendiri atau dengan orang lain,” ungkap Anna Surti saat ditemui Suara.com di kawasan Kebayoran Baru, Rabu (10/4/2019).
Melalui permainan yang mengandung kerja sama, nanti akan muncul lagi rasa percaya dalam dirinya maupun terhadap orang lain. Tujuannya untuk mengungkap kasus kekerasan yang dialami oleh korban sendiri.
Baca Juga: Sekarang, 112 DKI Tangani Pengaduan Kekerasan Anak dan Perempuan
“Paling tidak korban bisa menceritakan kejadian yang telah ia alami untuk proses pemeriksaan yang dibutuhkan oleh pihak berwajib,” lanjut psikolog yang akrab disapa Mba Nina ini.
Dengan menerapkan metode bermain untuk menyembuhkan trauma, diharapkan bisa menghilangkan kesedihan yang dialami korban, mengembalikan lagi keceriaan dan senyuman, serta kepercayaan diri untuk kembali melanjutkan hidupnya, seperti menjalani kegiatan sehari-hari, seperti bersekolah.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia