Suara.com - Keren Banget, Mahasiswa UGM Olah Limbah Ceker Jadi Obat Patah Tulang
Pengolahan limbah makanan menjadi salah satu perhatian besar bagi pegiat lingkungan. Nah, solusi baru ditawarkan oleh mahasiswa UGM yang mengolah limbah ceker menjadi obat patah tulang. Kok bisa?
Ya, oleh sekelompok mahasiswa UGM, limbah ceker bisa diubah menjadi gel obat patah tulang dengan nama Betagraft.
Yudith Violetta P (Fakultas Kedokteran Hewan), Vigha Ilmanafi A (Fakultas Farmasi) dan Josi Aldo Pramono (Teknik Mesin) mengolah ceker ayam sehingga menghasilkan biomaterial bone graft dalam bentuk gel nano-BCP-kolagen.
"Kami mengolah sampah biologis yang ketersediaanya sangat melimpah di Indonesia yaitu ceker ayam," papar Yudith saat ditemui di UGM, baru-baru ini.
Mereka mengolah ceker ayam yang banyak ditemukan di rumah potong ayam. Limbah ceker itu diformulasikan dalam bentuk gel yang mudah diaplikasikan.
Pengujian efektivitas obat dilakukan pada hewan tikus wistar usia 2 bulan.
Hasil pengujian menyebut Betagraft dalam bentuk gel ini lebih efektif ddibandingkan dengan implan konvensional. Hal ini dikarenakan kelebihannya yang bisa fleksibel dan dapat menjangkau pada seluruh fragmen patahan tulang.
Formulasinya pun mengandung material BCP yang berupa nanokristalin. Formula ini memiliki ukuran yang mirip dengan jaringan tulang normal.
Baca Juga: Benturan dengan Matos, Kiper Persib Patah Tulang Kering dan Betis
"Sehingga lebih cepat diabsorbsi dibandingkan biomaterial konvensional karena bila ditinjau dari luas kalus dan histopatologi sebagai parameter kesembuhan, betagraft mampu mempercepat kesembuhan fraktur dibandingkan bone graft konvensional," tandasnya.
Inovasi ceker tersebut berawal dari jumlah kasus patah tulang di Indonesia yang jumlahnya meningkat setiap tahun. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia pada 2010, insidensi fraktur mencapai lebih dari 43 ribu kasus.
Padahal patah tulang atau fraktur tak hanya menyebabkan kerusakan pada jaringan tulang. Jaringan lunak di sekitarnya juga bisa rusak sehingga penyembuhannya memerlukan waktu yang lama.
Dalam kasus fraktur tulang sempurna, patahan tulang pun sudah tidak dapat disatukan kembali. Akibatnya implan sebagai immobilisator seperti yang tersedia secara umum di pasaran tidak lagi efektif untuk digunakan.
"Material bone graft lebih efektif sebagai pengganti jaringan tulang rusak secara keseluruhan serta menstimulasi pembentukan jaringan baru," tutup dia.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
-
Pengusaha Sebut Ketidakpastian Penetapan UMP Bikin Investor Asing Kabur
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Terbaik, Ideal untuk Gaming dan Kerja Harian
-
HP Mau PHK 6.000 Karyawan, Klaim Bisa Hemat Rp16,6 Triliun
Terkini
-
Stop Diet Ketat! Ini 3 Rahasia Metabolisme Kuat ala Pakar Kesehatan yang Jarang Diketahui
-
Indonesia Darurat Kesehatan Mental, Kasus Terbanyak: Depresi, Anxiety, dan Skizofrenia
-
Rekomendasi Vitamin untuk Daya Tahan Tubuh yang Mudah Ditemukan di Apotek
-
Horor! Sampah Plastik Kini Ditemukan di Rahim Ibu Hamil Indonesia, Apa Efeknya ke Janin?
-
Kebutuhan Penanganan Kanker dan Jantung Meningkat, Kini Ada RS Berstandar Global di Surabaya
-
Waspada Ibu Hamil Kurus! Plis Kenali Risikonya dan Cara Aman Menaikkan Berat Badan
-
9 Penyakit 'Calon Pandemi' yang Diwaspadai WHO, Salah Satunya Pernah Kita Hadapi
-
Kabar Baik Pengganti Transplantasi Jantung: Teknologi 'Heart Assist Device' Siap Hadir di Indonesia
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?