Suara.com - Bahaya, Psikolog Sebut Anak SD Juga Bisa Punya Keinginan Bunuh Diri
Tanggal 10 September setiap tahunnya ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia atau World Suicide Prevention Day (WSPD).
Dimulai sejak tahun 2013, Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia diselenggarakan sebagai kampanye untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus bunuh diri yang semakin meningkat tiap tahunnya.
Melalui perbincangan khusus, psikolog Liza M Djaprie mengungkapkan keinginan bunuh diri kini semakin meningkat, berkaca dari bertambah banyaknya pasien yang datang kepadanya. Parahnya, banyak pasien yang berasal dari usia muda bahkan anak-anak.
"Semakin banyak semakin beragam dalam sisi ya, saya dapet anak SD, SMP, sampai usia tua, kebawa udah dewasa, tekanan luar biasa, akibat plafon stres kita ditekan terus menerus, sampai akhirnya rontok kemudian kita nggak sanggup lagi menghadapi itu," ujar Liza kepada Suara.com melalui sambungan telepon, Selasa (10/9/2019)
Mirisnya, kata Liza, alasan bunuh diri yang dialami anak-anak bisa terlihat sepele, mulai nilai pelajaran di sekolah yang kurang memuaskan, hingga tekanan dari orang di sekelilingnya.
Sistem hirarki ranking di sekolah dan tuntutan orang tua juga menjadi penyebab stres pada anak-anak yang bisa berujung pada keinginan bunuh diri.
"Menekankan pada achivement sehingga berkompetisi dengan tidak sehat, sehingga kalau ada kesalahan sedikit, kekurangan sedikit itu stres. Itu anak SMP yang mau bunuh diri itu hanya gara-gara nilai matematika 95," ungkap Liza.
"Waktu itu SD kelas 6 karena dia merasa nggak akan sanggup menghadapi ujian negaranya. Nggak tau gimana jadi tau yang namanya nyilet-nyilet, dia pernah juga loncat lantai bawahnya," sambungnya menceritakan kasus pasien yang lain.
Baca Juga: Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Ini Pentingnya Sadar Kesehatan Mental!
Orang dewasa pun semakin banyak yang mendapat masalah pribadi baik dengan kekasih, pasangan suami istri, keluarga hingga pekerjaan. Gejala ini terjadi akibat kapasitas penahan beban dalam pikiran yang sudah tidak kuat.
Liza mengumpamakannya seolah orang tersebut tidak punya jalan keluar.
"Orang bunuh diri itu merasa kaya di jalan buntu, tapi cuman sebentar di jalan buntu nggak apa-apa, paling muter, kalau ini udah bertahun tahun di jalan buntu akhirnya nggak bisa ngapa-ngapain lagi, akhirnya merasa keputusan terbaik untuk mengakhiri hidup ini," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif