Suara.com - Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pokok utama bayi karena kondisi pencernaannya belum kuat. Selain itu, kandungan dalam ASI juga menjamin tumbuh kembang si bayi.
ASI sebagai sumber nutrisi bayi mengandung banyak komponen bioaktif yang berbeda. Semua komponen dalam ASI ini membantu perkembangan saluran pencernaan, sistem kekebalan dan otak bayi.
Studi yang dilansir dari Family & Co. Nutrition, menunjukkan bahwa komposisi ASI dapat membantu mengurangi risiko penyakit metabolik, termasuk obesitas dan diabetes tipe 2.
Adapun komposisi yang terkandung dalam ASI, yakni 87 persen air, 7 persen laktosa, 4 persen lemak dan 1 persen protein. Lemak dan laktosa (sejenis karbohidrat atau gula) menyediakan sebagian besar energi dalam ASI.
Tetapi, komposisi ASI ini juga akan berubah seiring perkembangan bayi. Biasanya komposisi ASI akan berubah setelah satu kali pemberian dan bertambahnya usia bayi.
Komposisi ASI berubah setelah satu kali menyusui
Foremilk adalah cairan susu pertama yang memiliki konsistensi lebih tipis dan kandungan laktosa lebih tinggi untuk mengatasi dahaga bayi.
Lalu tindakan mekanis mengisap payudara itulah yang memicu perubahan komposisi ASI. Karena jumlah lemak susu tergantung pada seberapa penuh dan terkurasnya ASI.
Komposisi ASI berubah seiring bertambahnya usia bayi
Baca Juga: Viral Bocah 2 Tahun Masuk IGD karena Kebanyakan Minum Susu, Sakit Apa?
Komposisi ASI selalu berubah seiring bertambahnya usia bayi karena kebutuhan nutrisi mereka yang semakin berkembang.
Sehingga kandungan ASI berubah untuk memastikan semua kebutuhan nutrisi bayi akan terpenuhi.
Adapun beberapa faktor yang memengaruhi perubahan komposisi ASI, selain perkembangan bayi, antara lain:
1. Waktu sejak menyusui terakhir, kadar lemak dalam ASI dipengaruhi oleh lamanya waktu antara menyusui terakhir dan volume ASI.
Artinya, semakin lama Anda menunggu sampai pemberian berikutnya, semakin rendah kandungan lemaknya karena lebih banyak susu yang diencerkan.
2. Tahap keperawatan, menyebabkan perubahan lemak dan laktosa antara foremilk dan hindmilk.
3. Waktu, kadar lemak dalam ASI meningkat di pagi hari dan paling rendah di malam hari.
4. Usia ibu menyusui, sebenarnya usia ibu tidak memengaruhi besar pada komposisi bayi. Tapi, data menunjukkan kandungan protein tinggi biasanya pada ASI ibu usia 20-30 tahun.
5. Pola diet ibu menyusui, ASI sangat rentan terhadap perubahan lemak makanan yang dikonsumsi ibu. Dalam 2-3 hari, komposisi ASI akan berubah meniru lemak makanan ibu. Karena itu, ibu menyusui membutuhkan makanan sehat.
6. Berat lahir bayi, beberapa penelitian menemukan kandungan lemak lebih tinggi pada bayi dengan berat badan lahir lebih rendah. Tetapi, berat badan lahir bayi tidak memengaruhi kandungan karbohidrat dan protein ASI.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern