Suara.com - Mata merupakan indra yang membutuhkan perawatan ekstra. Sebab, kehilangan penglihatan bisa memengaruhi berbagai aspek hidup, bahkan gangguan penglihatan bisa memperbesar risiko kematian.
Dijelaskan oleh sebuah studi yang diterbitkan dalam The Lancet Global Health, peneliti menemukan bahwa orang dengan gangguan penglihatan ringan atau berat memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
Studi tersebut menemukan bahwa orang dengan gangguan penglihatan yang lebih parah memiliki risiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang memiliki penglihatan normal atau gangguan penglihatan ringan, demikian dilansir dari The Health Site.
Untuk studi tersebut, para peneliti memeriksa meta-analisis, yang terdiri dari 48.000 orang dari 17 studi, yang membantu memahami hubungan antara disabilitas visual dan semua penyebab kematian.
Hasil studi menunjukkan bahwa orang dengan gangguan penglihatan ringan memiliki risiko kematian 29 persen lebih tinggi, sedangkan orang dengan gangguan penglihatan parah berada pada risiko kematian 89 persen lebih tinggi.
"Masalah ini penting untuk ditangani sejak dini karena kehilangan penglihatan memengaruhi lebih dari sekadar cara Anda memandang dunia, itu memengaruhi pengalaman Anda tentang dunia dan hidup Anda," kata Joshua Ehrlich dari University of Michigan.
Analisis ini memberikan peluang penting untuk mempromosikan tidak hanya kesehatan dan kesejahteraan, tetapi juga umur panjang dengan memperbaiki, merehabilitasi, dan mencegah kehilangan penglihatan yang dapat dihindari di seluruh dunia, jelasnya lagi.
Di sisi lain, berbagai penelitian sebelumnya telah mengaitkan gangguan penglihatan dengan peningkatan risiko kematian. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Investigative Ophthalmology & Visual Science, gangguan penglihatan dapat meningkatkan risiko kematian secara langsung dan tidak langsung melalui dampak buruknya pada kesehatan mental.
Penelitian telah mengaitkan kehilangan penglihatan dengan kondisi psikologis, termasuk gangguan kognitif, isolasi sosial, dan depresi, sehingga meningkatkan risiko kematian.
Baca Juga: Studi: Kepribadian Bisa Terkait dengan Sistem Kekebalan dan Risiko Kematian
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Tak Mau Ceplas-ceplos Lagi! Menkeu Purbaya: Nanti Saya Dimarahin!
-
H-6 Kick Off: Ini Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
Terkini
-
Cuaca Panas Ekstrem Melanda, Begini Cara Aman Jaga Tubuh Tetap Terhidrasi
-
Stop Cemas Anak Nonton Gadget! Tayangan Ini Hadir Jadi Jembatan Nilai Positif di Era Digital
-
Rahasia Seragam Medis Masa Depan Terungkap: Kolaborasi yang Mengubah Industri Tekstil Kesehatan!
-
Melihat dengan Gaya, Ini Cara Baru Menikmati Penglihatan yang Sehat
-
Banyak Perempuan Takut Skrining Kanker Payudara, Cek Kesehatan Gratis Nggak Ngaruh?
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025