Suara.com - Pasar gelap yang menjual plasenta manusia masih berkembang pesat hingga saat ini di China. Padahal, praktik tersebut sudah dilarang lebih dari 10 tahun yang lalu.
Orang-orang akan membeli plasenta segar lalu memasak dan memakannya. Beberapa orang mengolahnya menjadi obat tradisional China (TCM).
Bagi pembeli, mereka yakin plasenta manusia memiliki khasiat penyembuhan yang sah bagi orang dengan sistem kekebalan lemah dan membantu mengobati banyak penyakit, seperti tuberkulosis, hipohemia, serta kesehatan reproduksi.
Perdagangan ilegal ini berbasis di Bozhou di provinsi Anhui, Pizhou di provinsi Jiangsu, dan Yongcheng di provinsi Henan.
Menurut South China Morning Post, pedagang akan mengumpulkan plasenta dari rumah sakit, pabrik limbah medis, dan rumah duka. Satu plasenta dibeli dari tangan pertama dengan harga 80 yuan (sekitar Rp177 ribu).
Tidak ada regulasi yang mengaturnya. Artinya, tidak ada pemeriksaan terkait keamanan organ, apakah mengandung virus menular seperti hepatitis B, HIV, atau sifilis.
Dokter kandungan Rumah Sakit Reproduksi Daerah Guangxi Zhuang, Lin Xiu, mengatakan makan plasenta tidak jauh berbeda dengan konsumsi daging biasa. Tetapi sebenarnya plasenta tidak memiliki fungsi atau khasiat khusus.
"Tapi jika ibunya terkena penyakit menular, plasenta juga akan membawa virus. Cara memasak konvensional tidak bisa membunuh virus-virus itu. Hanya seperti desinfektan kukus yang digunakan di rumah sakit, biasanya untuk mendisinfeksi peralatan medis, yang efektif membersihkannya," jelas Lin.
Karenanya, Lin mengatakan memakan plasenta yang masih segar dapat menularkan penyakit yang berbahaya bagi kesehatan.
Baca Juga: Angelica Simperler Lahirkan Anak Pertama, Nama Bayi Jadi Perhatian
Kementerian Kesehatan China menyatakan plasenta merupakan hak milik sang ibu. Namun, ketika mereka memutuskan untuk meninggalkannya, rumah sakit akan membuang organ tersebut yang biasanya dianggap sebagai limbah medis.
Di platform belanja online Taobao, plasenta bayi laki-laki dibanderol 480 yuan (sekitar sejuta) dan 450 yuan (sekitar Rp996 ribu) untuk bayi perempuan.
Perbedaan harga ini didasarkan pada kepercayaan bahwa plasenta bayi laki-laki lebih memiliki manfaat kesehatan.
Perdagangan plasenta ilegal masuk ke area abu-abu. Meski Kemenkes China melarang perdagangan manusia pada 2005, tidak ada undang-undang yang melarang penjualan obat-obatan berbahan Ziheche (sebutan plasenta).
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025