Suara.com - Di Indonesia, korban kekerasan seksual masih sering disalahkan, mulai dari pakaian dan respons yang dianggap setuju karena diam. Padahal respons diam dan kaku para korban kekerasan seksual bisa dijelaskan secara psikologis.
Melansir dari Scientific America, sebuah penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perempuan korban kekerasan seksual melaporkan bahwa mereka tidak bisa memberontak atau melawan saat kejadian. Mereka juga tidak bisa meminta tolong atau berteriak.
Selama kekerasan berlangsung, kebanyakan korban mengalami semacam kelumpuhan sementara yang disebut imobilitas tonik. Dan mereka yang mengalami imobilitas tonik ekstrem dua kali lebih mungkin menderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan tiga kali lebih mungkin menderita depresi berat dalam beberapa bulan setelah kejadian.
Imobilitas tonik (TI) adalah keadaan kelumpuhan yang tidak disengaja di mana individu tidak dapat bergerak atau dalam banyak kasus tidak bisa berbicara.
Pada hewan, reaksi ini dianggap sebagai pertahanan adaptif evolusioner terhadap serangan predator ketika bentuk pertahanan lain tidak memungkinkan.
Sebuah studi dari tahun 2005 menemukan bahwa 52 persen mahasiswi yang melaporkan pelecehan seksual pada masa kanak-kanak mengatakan bahwa mereka mengalami kelumpuhan sementara semacam ini.
Studi baru yang diterbitkan dalam Acta Obstetrecia et Gynecologica Scandinavica, melaporkan bahwa dari hampir 300 perempuan yang mengunjungi klinik pemerkosaan, 70 persen mengalami imobilitas tonik signifikan dan 48 persen mengalami kriteria imobilitas tonik ekstrem selama pemerkosaan.
Keparahan kondisi dinilai menggunakan skala yang mengukur perasaan beku, bisu, mati rasa, dan sebagainya.
"Saya tidak terkejut bahwa imobilitas tonik adalah hal biasa yang terjadi," kata psikiater Universitas Sydney Kasia Kozlowska, yang baru-baru ini menerbitkan, bersama rekan-rekannya, sebuah penelitian di Harvard Review of Psychiatry tentang mekanisme pertahanan tak sadar pada otak manusia dan hewan.
Baca Juga: Begini Modus Kekerasan Seksual dan Eksploitasi Pelajar di SMA Selamat Pagi Indonesia
“Kelumpuhan akibat pemerkosaan adalah salah satu dari enam perilaku pertahanan yang diaktifkan secara otomatis pada hewan dan manusia," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia