Suara.com - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) drg. Widyawati mengakui bahwa hoaks kesehatan seputar vaksinasi Covid-19 jadi yang terparah selama pandemi.
Masih membekas diingatan beberapa orang termakan hoaks vaksin Covid-19, yang hasilnya saat orang tersebut terinfeksi virus corona, ia mengalami gejala parah dan meninggal dunia.
Ini jugalah yang menurut perempuan yang akrab disapa Wiwid itu, hoaks vaksinasi sangat berdampak besar terhadap penanganan dan upaya menyudahi pandemi Covid-19 di Indonesia.
"Di masa pandemi ni, salah satu hoaks yang memberikan dampak adalah hoaks terkait vaksin. Muncul berita berita tentang vaksin yang simpang siur, sehingga banyak orang yang tidak mau divaksin. Hal itu juga berdampak pada kinerja" ujar Wiwid saat berbincang dengan suara.com, Sabtu (25/12/2021).
Ia mengatakan, hoaks vaksinasi Covid-19 ini sangat mudah tercipta dan juga menyebar sangat cepat. Sedangkan untuk meluruskan hoaks tidaklah mudah, karena butuh waktu untuk mengedukasi dan meluruskan cara persuasif atau bujukan.
"Sehingga tidak menimbulkan perpecahan, dan ini prosesnya lama karena tidak mudah antara melakukan edukasi dan meningkatkan persentase vaksinasi secara bersamaan," jelas Widyawati.
Widyawati menjelaskan, Kemenkes punya tugas ganda, selain meluruskan hoaks dengan edukasi, tapi juga harus mengencarkan vaksinasi Covid-19.
Namun setelah edukasi yang panjang dan tak pernah berhenti, kini tingkat vaksinasi Indonesia sudah berhasil mencapai target WHO, yakni minimal 40 persen penduduk mendapatkan vaksinasi Covid-19 lengkap.
"Hingga sekarang, alhamdulillah orang orang semakin berlomba lomba untuk mendapatkan vaksinasi," tutup Widyawati.
Baca Juga: Libur Natal, Kemenkes Minta Masyarakat Disiplin Gunakan Aplikasi PeduliLindungi
Berita Terkait
-
Respons Krisis MBG, Menkes 'Potong Birokrasi', Gandeng Mendagri untuk Fast-Track Sertifikat Higienis
-
Kasus Keracunan Meningkat, Makan Bergizi Gratis Kini dalam Pengawasan Ketat!
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
Melalui MPPDN, Mendagri Tegaskan Dukungan Terhadap Perizinan Tenaga Medis dan Kesehatan
-
Kronologi Dokter Ahli Jantung Anak Tak Bisa Layani Pasien BPJS Padahal Mengabdi 28 Tahun di RSCM
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif