Suara.com - Tahun 2021 hampir berakhir, menandakan Indonesia sudah 2 tahun menjalani pandemi Covid-19 yang menyerang dunia.
Dalam setahun terakhir, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut ada banyak pelajaran yang bisa dipetik, terutama terkait pengendalian pandemi Covid-19.
"Sudah sepantasnya kita bersama-sama memetik pelajaran penanganan pandemi satu tahun ini, terutama sebagai pondasi dalam memantapkan langkah bersama menuju 2022 yang produktif aman COVID," ujarnya dikutip dari situs resmi Satgas Covid-19.
Lonjakan Kasus
Jika melihat kembali kasus positif, tahun ini terjadi 2 kali lonjakan. Yang pertama dimulai pada akhir 2020, dan terus meningkat mencapai puncaknya pada 25 Januari 2021. Lonjakan ini berhasil diturunkan selama 15 minggu berturut-turut.
Saat itu, lonjakan diatasi berbarengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro dan Posko pada tiap desa/kelurahan. Dampak kebijakan ini, menurunnya kasus hingga 70,5% dari puncak kasus pertama, dan mencapai titik kasus terendah pada pertengahan Mei.
Selanjutnya, lonjakan kedua puncaknya pada bulan Juli. Penyebabnya varian Delta yang diberi peluang menular akibat tingginya mobilitas selama periode Idul Fitri 2021. Kasus melonjak signifikan hingga mencapai puncaknya sebesar 1200% dari titik terendah pada bulan Mei, hanya dalam waktu 9 minggu.
"Kebijakan peniadaan mudik saat itu, nyatanya tidak cukup menurunkan mobilitas penduduk," lanjutnya.
Kendati demikian, berkat usaha keras seluruh pihak khususnya peran aktif masyarakat, lonjakan kedua berhasil ditangani dan hingga saat kini telah turun selama 23 minggu berturut-turut.
Baca Juga: Bagaimana Jika Varian Delta Dan Omicron Berkombinasi, Epidemiolog: Bisa Bahayakan Dunia
Terlebih lagi, kasus diturunkan hampir 100% yaitu 99,6% atau angka ini jauh lebih rendah dibanding penambahan kasus positif pada Januari lalu, bahkan lebih rendah dibanding periode sebelum lonjakan pertama.
"Artinya, jika kita bisa mencapai 100% penurunan dari puncak kasus tertinggi tersebut atau 0,4% lagi, maka tidak ada lagi penambahan kasus positif dan kita dapat bebas dari COVID-19," tegas Wiku.
Angka Kesembuhan dan Kematian
Selaras dengan itu, perkembangan baik juga pada persentase kasus aktif, persentase kesembuhan,dan jumlah kematian. Pada persentase kasus aktif sempat mencapai puncaknya pada lonjakan kedua hingga sebesar 18,84%.
Dibandingkan saat ini, persentasenya 0,11%. Sementara persentase kesembuhan, sempat menyentuh angka terendah yaitu 79,28%. Tetapi kini berhasil ditingkatkan kembali hingga sebesar 96,51%.
Dan tak kalah penting ialah angka kematian. Sejak awal pandemi hingga kini ada 144.063 kasus meninggal akibat COVID-19. Tahun ini, angka kematian harian sempat mencapai titik tertinggi saat lonjakan kasus kedua, yaitu merenggut 2.048 jiwa per hari. "Ini adalah angka yang sangat besar. Didalamnya mungkin saja terdapat sanak saudara dan orang-orang tercinta kita yang turut berpulang akibat virus ini," imbuh Wiku.
Berita Terkait
-
Ariana Grande Idap Salah Satu Virus Mematikan, Mendadak Batal Hadiri Acara
-
Kasus TBC di Jakarta Capai 49 Ribu, Wamenkes: Kematian Akibat TBC Lebih Tinggi dari Covid-19
-
Anggaran Daerah Dipotong, Menteri Tito Minta Pemda Tiru Jurus Sukses Sultan HB X di Era Covid
-
Korupsi Wastafel, Anggota DPRK Aceh Besar jadi Tersangka usai Polisi Dapat 'Restu' Muzakir Manaf
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis