Suara.com - Cuci darah lebih sering dikaitkan dengan orang dewasa. Tapi, siapa sangka, anak-anak ternyata juga bisa mengalaminya. Bahkan belakangan, ramai di media sosial laporan mengenai banyaknya anak-anak yang harus cuci darah di RSCM. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apa penyebab dari fenomena banyak anak cuci darah?
Baru-baru ini, ramai berita mengenai banyaknya penderita ginjal di usia anak-anak yang ditangani oleh RSCM, bahkan sekitar 30 anak sampai melakukan cuci darah rutin. Namun, jumlah yang banyak itu bukanlah karena terjadi lonjakan kasus, melainkan karena status RSCM sebagai rumah sakit rujukan untuk penyakit ginjal. Jadi, pasien yang datang memang berasal dari seluruh Indonesia.
Kebanyakan kasus ini terjadi karena penyakit bawaan, terutama sindrom nefrotik (kondisi medis yang memengaruhi ginjal dan menyebabkan sejumlah gejala yang khas). Berkaca dari sini, orang tua perlu sekali mengetahui penyakit-penyakit ginjal yang bisa dialami anak-anak. Dan langkah-langkah apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
Untuk lebih jelasnya, simak pemaparan dr. Marissa Tania Stephanie Pudjiadi, Sp.A, Dokter Spesialis Anak dari Eka Hospital BSD.
Penyebab anak-anak harus cuci darah
Dalam keterangannya, dr. Marissa menjabarkan ada 6 penyebab anak cuci darah. Berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan anak cuci darah:
- Penyakit Ginjal Bawaan: Beberapa anak dilahirkan dengan kondisi ginjal yang tidak sempurna, sehingga fungsi penyaringan darah terganggu sejak lahir.
- Infeksi: Infeksi saluran kemih yang berulang atau infeksi serius lainnya dapat merusak ginjal.
- Kelainan Genetik: Beberapa kelainan genetik dapat menyebabkan kerusakan ginjal progresif.
- Penyakit Kronis: Penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, dan glomerulonefritis (peradangan pada glomerulus ginjal) dapat merusak ginjal dalam jangka panjang.
- Obstruksi Saluran Kemih: Penyumbatan pada saluran kemih dapat menyebabkan tekanan pada ginjal dan merusak fungsinya.
- Faktor Lingkungan: Paparan bahan kimia berbahaya, obat-obatan tertentu, dan polusi dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
Bagaimana mencegah kerusakan ginjal pada anak?
Kerusakan ginjal pada anak seringkali baru disadari oleh orang tua ketika anak sudah menunjukkan gejala, seperti perubahan warna urine, urine berbusa, hingga pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan wajah. Namun, orang tua bisa mencegahnya dengan langkah-langkah berikut:
- Deteksi dini: Pemeriksaan kesehatan rutin sangat penting untuk mendeteksi dini adanya kelainan ginjal.
- Pengobatan infeksi: Segera obati infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya.
- Kontrol penyakit kronis: Jika anak memiliki penyakit kronis, seperti diabetes atau hipertensi, kontrol penyakit tersebut dengan baik.
- Gaya hidup sehat: Ajak anak untuk menerapkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan cukup istirahat.
- Hindari paparan bahan berbahaya: Lindungi anak dari paparan bahan kimia berbahaya dan polusi.
Pengobatan untuk anak dengan kerusakan ginjal
Pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan kerusakan ginjal. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin dilakukan antara lain:
- Obat-obatan: Untuk mengontrol tekanan darah, mengurangi peradangan, dan mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut.
- Dialisis: Cuci darah (dialisis) adalah prosedur untuk membersihkan darah dari zat-zat sisa ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik.
- Transplantasi ginjal: Transplantasi ginjal adalah pilihan terakhir untuk anak dengan gagal ginjal stadium akhir.
Apakah kerusakan ginjal bisa disembuhkan?
Sayangnya, kerusakan ginjal yang sudah parah tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Namun, dengan pengobatan yang tepat, perkembangan penyakit dapat diperlambat dan kualitas hidup anak dapat ditingkatkan.
Anak-anak yang harus menjalani cuci darah atau transplantasi ginjal biasanya harus menjalani pengobatan ini seumur hidup. Namun, dengan dukungan keluarga, tenaga medis, dan kemajuan teknologi, mereka tetap dapat menjalani hidup yang aktif dan produktif.
Fenomena anak cuci darah memang mengkhawatirkan, namun dengan deteksi dini, pencegahan yang tepat, dan pengobatan yang memadai, banyak kasus penyakit ginjal pada anak dapat dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu memperhatikan kesehatan anak dan berkonsultasi dengan tenaga medis jika ada tanda-tanda masalah ginjal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial