Pembukaan acara Tambora Menyapa Dunia di NTB beberapa waktu lalu (Antara/M Agung Rajasa)
Serangkaian acara bertema "Kuldesak Tambora" yang diadakan Kompas Gramedia pada 16-26 April 2015 di Jakarta memperingati 200 tahun sebuah letusan dahsyat Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat.
"Tambora memberi pesan tentang bencana di Indonesia di masa lalu tidak tercatatkan dengan baik oleh orang Indonesia. Meski bencana tersebut justru menjadi inspiradi Eropa dalam menelurkan karya-karya bersejarah seperti kisah Frankeneisten dan juga temuan sepeda kayuh," kata Ketua Penyelenggara Kuldesak Tambora, Hariadi Saptono, Jumat (17/4/2015).
Aneka acara Kuldesak Tambora di antaranya diskusi ilmiah, pagelaran kesenian dan pameran foto terkait Gunung Tambora. Kegiatan berpusat di Bentara Budaya, Area Jalan Palmerah, Jakarta tanpa dipungut biaya bagi para pengunjung.
Sebagai acara pembuka pada Kamis (16/4/2015) malam, diadakan pergelaran sendratari tentang lima gunung di Indonesia yang memiliki hubungan "saudara" karena kekhasannya masing-masing.
Kendati berbeda, lima gunung itu memiliki sifat sama yaitu merusak dan membangun seusai mengeluarkan materialnya seperti abu vulkanik, lahar dingin, magma dan material lainnya.
Letusan Gunung Tambora pada 1815 tercatat menyebabkan sekitar 91 ribu jiwa tewas. Sebagian besar korban adalah mereka yang saat itu tinggal di sekitar gunung tersebut yaitu masyarakat di area kerajaan Sumbawa, yaitu Sanggar, Tambora dan Pekat.
Hariadi mengatakan kata Kuldesak dalam Kuldesak Tambora diambil dari bahasa Spanyol tentang jalan buntu. Jalan buntu itu, kata dia, diibaratkan maju kena mundur kena. Artinya, masyarakat Indonesia akan tinggal di lingkungan yang serba salah.
"Tinggal di kota terjadi bencana kemacetan, stres dan dinamika perkotaan lainnya. Tinggal di desa terutama pegunungan terancam letusan vulkanik. Di mana saja ada ancaman. Apalagi di Indonesia yang merupakan kawasan cincin api. Hampir tidak ada daerah yang tidak terlingkupi area letusan vulkanik," kata dia. (Antara)
"Tambora memberi pesan tentang bencana di Indonesia di masa lalu tidak tercatatkan dengan baik oleh orang Indonesia. Meski bencana tersebut justru menjadi inspiradi Eropa dalam menelurkan karya-karya bersejarah seperti kisah Frankeneisten dan juga temuan sepeda kayuh," kata Ketua Penyelenggara Kuldesak Tambora, Hariadi Saptono, Jumat (17/4/2015).
Aneka acara Kuldesak Tambora di antaranya diskusi ilmiah, pagelaran kesenian dan pameran foto terkait Gunung Tambora. Kegiatan berpusat di Bentara Budaya, Area Jalan Palmerah, Jakarta tanpa dipungut biaya bagi para pengunjung.
Sebagai acara pembuka pada Kamis (16/4/2015) malam, diadakan pergelaran sendratari tentang lima gunung di Indonesia yang memiliki hubungan "saudara" karena kekhasannya masing-masing.
Kendati berbeda, lima gunung itu memiliki sifat sama yaitu merusak dan membangun seusai mengeluarkan materialnya seperti abu vulkanik, lahar dingin, magma dan material lainnya.
Letusan Gunung Tambora pada 1815 tercatat menyebabkan sekitar 91 ribu jiwa tewas. Sebagian besar korban adalah mereka yang saat itu tinggal di sekitar gunung tersebut yaitu masyarakat di area kerajaan Sumbawa, yaitu Sanggar, Tambora dan Pekat.
Hariadi mengatakan kata Kuldesak dalam Kuldesak Tambora diambil dari bahasa Spanyol tentang jalan buntu. Jalan buntu itu, kata dia, diibaratkan maju kena mundur kena. Artinya, masyarakat Indonesia akan tinggal di lingkungan yang serba salah.
"Tinggal di kota terjadi bencana kemacetan, stres dan dinamika perkotaan lainnya. Tinggal di desa terutama pegunungan terancam letusan vulkanik. Di mana saja ada ancaman. Apalagi di Indonesia yang merupakan kawasan cincin api. Hampir tidak ada daerah yang tidak terlingkupi area letusan vulkanik," kata dia. (Antara)
Komentar
Berita Terkait
-
Jaket Ojol Pinjaman Jadi Kedok! Duo Pencuri AC Mal Tambora Bedalih Kepepet Usai Dibekuk Polisi
-
Jaket Ojol Jadi Kedok, Dua Sekawan Gasak AC Mal Tambora karena Himpitan Ekonomi, Endingnya Penjara!
-
Demi Hajatan, Preman Pasar Angke Nekat Palak Pedagang Melon! Ini Akibatnya...
-
Misteri Mayat Pria di Tambora: Ada Luka Sobek di Pelipis, tapi Tak Ditolong Warga saat Sekarat!
-
Akting Maut Kakek 65 Tahun di Tambora: Pura-pura Tertabrak Mobil, Seminggu Kantongi Rp600 Ribu!
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Kenali Ciri-Ciri Adidas Samba KW, Jangan Tergiur Harga Bersahabat!
-
Keajaiban Musim Gugur Colorado: Petualangan Kereta Api yang Memukau Hati!
-
Decluttering Mission 2025, Astra Motor Yogyakarta Ajak Anak SMK 'Beresin' Lemari Jadi Cuan
-
Inovasi Dunia Skincare: Tren Riasan dan Fokus pada Perawatan Pria
-
8 Cara Jitu Bedakan Sepatu Vans Asli dan KW, Jangan Sampai Ketipu!
-
Zulhas Sebut Udang Terpapar Radioaktif Masih Aman Dikonsumsi, Padahal Ini Bahayanya...
-
Onitsuka Tiger Made in Indonesia Apakah Ori? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
Tepuk Sakinah Wajib atau Tidak? Simak Penjelasan Pihak KUA
-
Apa Itu Cesium-137? Zat Radioaktif yang Ditemukan di Udang Cikande
-
Intip Jumlah Kekayaan Dedi Mulyadi, Dapat Peringatan dari Prabowo saat Akad Massal KPR