Suara.com - Lonjakan suara yang diraih Partai Kebangkitan Bangsa pada pemilu legislatif 2014 merupakan sebuah kejutan yang tidak pernah diduga. Berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei, PKB meraih suara 9,17 persen dan berada di posisi empat.
Wakil Direktur LSM Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Veri Junaidi mengatakan, lonjakan suara yang diraih PKB kemungkinan karena partai itu tidak mengusung Ketua Umum Muhaimin Iskandar sebagai capres.
Keputusan untuk mengajukan nama tiga tokoh yaitu penyanyi dangdut Rhoma Irama, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla diyakini menjadi penyebab terjadinya lonjakan suara.
“Tiga tokoh itu, Rhoma Irama, Mahfud MD dan Jusuf Kalla itu kan punya simpatisan masing-masing. Saya pikir ini yang membuat suara PKB bisa melonjak pada pemilu legislatif kali ini. Warga memilih partai yang calon presidennya mereka kenal dan kebetulan tiga tokoh yang diusung PKB untuk menjadi capres itu sudah dikenal oleh masyarakat,” kata Veri kepada suara.com ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (10/9/2014).
Veri mengatakan, perolehan suara cukup besar yang diraih PKB pada pemilu legislatif 2014 membuat partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu akan memegang peranan sentral dalam upaya koalisi menuju pemilu presiden.
Veri meyakini, tiga parpol besar yaitu PDI Perjuangan, Partai Golkar dan Partai Gerindra akan saling berebut mengajak PKB untuk koalisi. Koalisi harus dilakukan karena UU mensyaratkan untuk mengajukan calon presiden partai politik harus meraih minimal 20 persen suara.
Dari hasil hitung cepat, tidak ada satu pun parpol yang meraih 20 persen. PDI Perjuangan hanya meraih 19 persen, lalu Partai Golkar 15 persen dan Partai Gerindra 11 persen. Lima tahun lalu, PKB hanya meraih 4,9 persen. Partai itu hanya menempati posisi tujuh di belakang Demokrat, Golkar, PDI Perjuangan, PKS, Partai Amanat Nasional dan PPP. Pada pemilu legislatif 2014, PKB diperkirakan berada di posisi lima.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
Terkini
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi