Suara.com - Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf mengkritisi program Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan kartu sakti Presiden Joko Widodo (Jokowi) lainnya.
Dede menambahkan, anggaran untuk kartu sakti itu pun juga belum jelas. Sebab, ada yang bilang dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ada pula yang menyebut menggunakan dana Corporate Sosial Responsibilty (CSR) dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Politisi Demokrat ini akan memanggil BUMN yang terlibat untuk memastikan dana CSR yang digunakan dalam kartu sakti Presiden Jokowi.
"Maka kami minta Komisi VI untuk panggil BUMN-nya karena mengeluarkan CSR itu harus terbuka, masyarakat harus tau untuk apa, tendernya di mana, karena buat kartu ratusan juta itu tidak mudah," kata Dede di DPR, Jakarta, Kamis (6/11/2014).
Selain itu, menurutnya, khusus KIS, kartu ini mirip dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). JKN sendiri sudah ditetapkan dalam undang-undang. Karenanya, KIS tidak sah karena tidak tercantum dalam undang-undang.
"Yang sah adalah BPJS, kalau pemerintah ingin melakukannya itu harus ubah undang-undang dulu," papar Dede.
Dia menerangkan, BPJS merupakan gabungan dari sejumlah lembaga, yaitu Askes, Taspen dan Jamsostek. Apalagi, dalam penyaluran KIS melibatkan satu lembaga lagi, yaitu PT Pos.
"Itu juga melanggar UU kecuali BPJS kerjasama dengan PT Pos," katanya.
Selain itu, kartu sakti Presiden Jokowi yang cukup banyak itu juga masih merepotkan.
"Jadi kita ini belum mempunyai konsep dasarnya," tambah Dede.
Dia pun ingin memanggil menteri untuk masalah ini, namun para menteri Jokowi lebih gemar blusukan. "Menteri-menteri ini harus berikan penjelasan ke DPR," kata dia.
Berita Terkait
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Geger Proyek 'Busuk' Whoosh, Amien Rais Semprot Jokowi dan Luhut: Aneh Sekali
-
Utang Menggunung di Balik Kemegahan Kereta Cepat, Siapa yang Tanggung Jawab?
-
Sebut Kereta Whoosh buat Investasi Sosial, Profesor Ini Sindir Jokowi: Makanya Kuliah yang Benar
-
Jokowi Sebut Whoosh Investasi Sosial, DPR: Sejak Awal Ini Bisnis Dikelola BUMN, Bukan Pemerintah!
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
DPD RI Gelar DPD Award Perdana, Apresiasi Pahlawan Lokal Penggerak Kemajuan Daerah
-
Program Learning for Life, Upaya Kemenpar Perkuat Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata
-
Ada 4,8 Juta Kelahiran Setahun, Menkes Budi Dorong Perbanyak Fasilitas Kesehatan Berkualitas
-
Menkes Budi: Populasi Lansia di Jakarta Meningkat, Layanan Kesehatan Harus Beradaptasi
-
Berkas Lengkap! Aktivis Delpedro Cs akan Dilimpahkan ke Kejati DKI Rabu Besok
-
Sudah Vonis Final, Kenapa Eksekusi Harvey Moeis Molor? Kejagung Beri Jawaban
-
Anggota DPR Non Aktif Korban Disinformasi dan Fitnah, Bukan Pelaku Kejahatan
-
Jejak Korupsi POME: Dari Kantor ke Rumah, Kejagung 'Kunci' Pejabat Bea Cukai
-
'Spill' Blueprint Gen Z Ideal Versi Megawati: Cerdas, Melek Politik, dan Merawat Bumi
-
Respons Kejagung Usai Sandra Dewi Cabut Gugatan Keberatan Perampasan Aset