Suara.com - Setelah berjibaku dengan ombak Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, tim evakuasi berhasil mengangkat ekor pesawat AirAsia QZ8501 ke atas kapal, Sabtu (10/1/2015).
Proses pengangkatan berlangsung sulit, mengingat ombak Selat Karimata yang sangat kuat sehingga mengombang-ambingkan ekor pesawat tersebut.
Salah satu ujung ekor pesawat terlihat masih utuh, sedangkan ujung lainnya sudah hancur.
Berikut ini adalah kronologis pengangkatan ekor AirAsia.
Pada pukul 11.14 WIB dan 11.31 WIB tim penyelam naik ke permukaan air untuk koordinasi. Setelah itu, tim tersebut kembali melakukan penyelaman pada pukul 11.40 WIB dan pukul 11.48 WIB mereka kembali muncul lagi.
Sepuluh menit kemudian, pukul 11.50 WIB, balon warna merah tua menyembul ke permukaan air. Balon inilah yang digunakan untuk menarik ekor kapal yang menancap di lumpur dasar laut.
Tak lama kemudian, ekor pesawat terlihat mengapung. Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang turut memantau proses pengangkatan ekor memberikan apresiasi atas keberhasilan ini.
Tahapan selanjutnya setelah ekor berhasil diapungkan ialah menariknya ke kapal. Prosesnya cukup berat. Ekor tersebut sulit ditarik ke dekat kapal karena cuaca yang kurang mendukung.
Tetapi akhirnya, kerja keras tim evakuasi membuahkan hasil.
Ekor QZ8501 nanti akan dibawa ke Teluk Kumai untuk dilakukan penelitian sekaligus memastikan apakah black box pesawat masih berada di sana atau tidak.
Seperti diberitakan sebelumnya, Minggu (28/12/2014) pagi, pesawat AirAsia mengalami lost contact. Pesawat jenis Airbus A320 dengan rute Surabaya- Singapura mengalami lost contact pada pukul 06.17 WIB di sekitar Pulau Belitung pada titik koordinat 03°22’15”S - 109°41’28.”
Pesawat bertolak dari Surabaya sekitar pukul 05.35 WIB dan seharusnya tiba di Bandara Changi Singapura pukul 08.30 waktu setempat.
Ternyata pesawat tersebut jatuh di Selat Karimata. Jumlah penumpang dan awak pesawat 162 orang, terdiri dari 138 dewasa, 16 anak-anak, satu bayi, dan tujuh awak pesawat.
Saat ini, tim sedang melakukan operasi besar-besaran, selain mencari black box, juga mencari korban yang masih belum ditemukan.
Berita Terkait
-
Butuh Tujuh Jam untuk Bawa Ekor AirAsia ke Darat
-
Ekor Pesawat AirAsia Berhasil Diangkat dari Dasar Selat Karimata
-
Pengamat: Tiket Murah Tidak Terkait dengan Keselamatan Penumpang
-
Ini yang Diperlukan untuk Percepat Klaim Asuransi Korban AirAsia
-
Sebanyak 21 Jenazah Korban AIrAsia QZ8501 Tunggu Tes DNA
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
Terkini
-
DPR Dukung BGN Tutup Dapur SPPG Penyebab Keracunan MBG: Keselamatan Anak-anak Prioritas Utama
-
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem Selama Seminggu, Jakarta Hujan Lebat dan Angin Kencang
-
Setelah Gelar Pahlawan, Kisah Soeharto, Gus Dur, hingga Marsinah akan Dibukukan Pemerintah
-
Dari Kelapa Gading ke Senayan: Ledakan SMA 72 Jakarta Picu Perdebatan Pemblokiran Game Kekerasan
-
Terungkap! Terduga Pelaku Bom SMA 72 Jakarta Bertindak Sendiri, Polisi Dalami Latar Belakang
-
Skandal Terlupakan? Sepatu Kets asal Banten Terpapar Radioaktif Jauh Sebelum Kasus Udang Mencuat
-
GeoDipa Dorong Budaya Transformasi Berkelanjutan: Perubahan Harus Dimulai dari Mindset
-
Usai Soeharto dan Gus Dur, Giliran BJ Habibie Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional
-
PN Jaksel Tolak Praperadilan PT Sanitarindo, KPK Lanjutkan Proses Sidang Korupsi JTTS
-
Dimotori Armand Maulana dan Ariel Noah, VISI Audiensi dengan Fraksi PDIP Soal Royalti Musik