Suara.com - Begal, bukan kata-kata baru saat ini. Bukan juga karena maraknya aksi perampasan sepeda motor di jalan sepi, kata 'begal' itu muncul. Lalu dari mana asal muasal istilah begal?
Kriminolog Profesor Muhammad Mustofa mengatakan istilah begal sudah lama terdengar di dunia kejahatan. Bahkan begal sudah terjadi sejak zaman kekaisaran di Cina atau zaman kerajaan di Indonesia.
"Dari peradaban manusia, begal itu ada. Pelaku memperoleh nafkah dengan halal dan tidak halal itu disediakan oleh masyarakat," jelas Mustafa sat berbincang dengan suara.com, Rabu (11/3/2015).
Aksi begal disediakan masyarakat? Maksudnya? Kata Mustafa, begal tidak akan terjadi ketika tidak ada kesempatan untuk melakukannya. Kebanyakan begal di zaman dahulu terjadi karena ada keselompok orang yang berpergian membawa banyak harta.
"Jaman dulu orang yang lewat itu para pedagang. Atau mereka yang punya harta, atau disebut saudagar. Di tempat sepi dan dicegat. Kalau sekarang targetnya khas, sepeda motor," jelas dia.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, begal berarti penyamun. Jika ditambahkan menjadi membegal artiny merampas di jalan. Namun jika menjadi kata pembegalan artinya proses, cara, perbuatan membegal.
Menurut Mustafa, kata begal banyak ditemukan dalam literatur Bahasa Jawa. "Begal itu perampokan yang dilakukan di tempat yang sepi. Menunggu orang yang ditempat sepi itu, yang membawa harta benda," jelasnya.
BERITA MENARIK LAINNYA:
Manajer Larang Artis TS Pakai Kolor saat Tidur
5 Hal yang Belum Anda Tahu Soal Wina, Si Penjual Rumah Siap Nikah
Perlakuan Keji di Lokasi Jatuhnya MH17 Terekam Kamera
Rupiah Terus Melemah, Mengapa Jokowi Tidak Cemas?
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Wamenkum: Penyadapan Belum Bisa Dilakukan Meski Diatur dalam KUHAP Nasional
-
Hindari Overkapasitas Lapas, KUHP Nasional Tak Lagi Berorientasi pada Pidana Penjara
-
Kayu Hanyutan Banjir Disulap Jadi Rumah, UGM Tawarkan Huntara yang Lebih Manusiawi
-
Video Viral Badan Pesawat di Jalan Soetta, Polisi Ungkap Fakta Sebenarnya
-
Libur Natal dan Tahun Baru, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan Tiga Hari!
-
KemenHAM: Pelanggaran HAM oleh Perusahaan Paling Banyak Terjadi di Sektor Lahan
-
Pemerintah Terbitkan PP, Wahyuni Sabran: Perpol 10/2025 Kini Punya Benteng Hukum
-
Komisi III DPR Soroti OTT Jaksa, Dorong Penguatan Pengawasan
-
Perpres Baru Bisnis dan HAM Masih Menunggu Teken Menko Airlangga
-
Rawan Roboh Selama Cuaca Ekstrem, Satpol PP DKI Jakarta Tertibkan 16 Reklame Berbahaya