Kelompok aktivis yang menamakan diri Koalisi Masyarakat Peduli Parlemen (KMPP). (Suara.com/Erick Tanjung)
Sekelompok aktivis yang mengatasnamakan Koalisi Masyarakat Peduli Parlemen (KMPP) mengkritik keras tiga Menteri Kabinet Kerja dari PDI Perjuangan yang mereka sebut memiliki jabatan rangkap. Tiga pembantu Presiden Joko Wododo yang rangkap jabatan itu adalah Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
"Ketiga Menteri Kabinet Kerja ini belum mengundurkan diri belum mengundurkan diri sebagai anggota DPR. Ini menunjukkan bahwa rule of law yang telah diatur Presiden Jokowi agar Menteri tidak rangkap jabatan tidak dijalankan dengan baik, bahkan oleh kader partai pemerintah sendiri," kata Arief Rachman, Ketua Koalisi Masyarakat Peduli Parlemen dalam konfrensi pers di Kedai Kopi Perjoeangan Jl Proklamasi 65, Pegangsaan, Jakarta Pusat, Minggu (6/9/2015).
Sementara itu, lanjutnya, kader partai lain seperti kader dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), telah menyatakan mundur dari anggota DPR karena ditunjuk sebagai Menteri. Mereka diantaranya adalah Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrowi, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar dan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri.
"Kami bangga, tiga Menteri dari PKB sudah mengundurkan diri sebagai anggota DPR. Sedangkan tiga Menteri dari partai Pemerintah itu kami melihat mereka justru menganggap DPR hanya untuk mainan saja. Ini telah mencoreng wajah parlemen," ujarnya.
Oleh sebab itu, mereka akan menyampaikan surat protes terbuka kepada Presiden Jokowi mengenai tiga Menteri dari PDI Perjuangan yang rangkap jabatan tersebut.
"Maka kami akan menyampaikan surat terbuka kepada Presiden, bahwa Menteri tidak boleh jabatan. Dengan situasi ini, Jokowi justru dipermalukan oleh kader partai Pemerintah sendiri," tandasnya.
Komentar
Berita Terkait
-
Tiga Kecelakaan dalam Sebulan, TransJakarta Gandeng KNKT Audit Total, Gubernur DKI Turun Tangan
-
DPR Ragu Pindah ke IKN Tahun 2028? Puan: Tunggu Dulu, Belum Lihat Kajiannya
-
Puan 'Bangga' Presiden Indonesia Comeback Pidato di PBB Usai Satu Dekade Absen: Ini yang Ditunggu
-
Sinyal Belum Kompak? Prabowo Sudah Rilis Perpres, Puan Belum Tahu Apa-apa soal IKN Ibu Kota Politik
-
Marak Keracunan Massal MBG, Puan Maharani Desak Evaluasi Total: Anak-anak Jangan Dirugikan!
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Stanley Matthews: Peraih Ballon dOr Pertama yang Bermain hingga Usia 50 Tahun
-
Jordi Amat Tak Sabar Bela Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
Terkini
-
Guru Agama hingga Marbot Senyum Lebar, Pemkot Semarang Naikkan Besaran Bisyarah
-
Soal IKN Jadi Ibu Kota Politik, Golkar Minta Penjelasan: karena Dalam UU-nya Tak Kenal Istilah Itu
-
Terungkap! Ini Alasan Kemdiktisaintek Alokasikan 50 Persen Anggaran Sekolah Garuda untuk Dana Abadi
-
Bikin 'Sus'! KPU Bantah Ubah Data Gibran, tapi Akui Selidiki Perubahan Tampilan Website
-
Marak Kasus Anak Keracunan MBG, Kepala BPOM Buka Suara: Ini Pembelajaran Bagi Kita
-
Instruksi Bahlil: Kader Golkar Wajib Peka Sosial dan Kawal Program Nasional Tanpa Kompromi
-
Ada 400.000 Lowongan Kerja di Jerman, Pemerintah Push SMK Genjot Skill Bahasa Asing Sejak Kelas 1
-
Wamen Stella Jelaskan Skema Sekolah Garuda: 80 Persen Gratis 20 Persen Berbayar, Prioritas Prestasi!
-
Tiga Kecelakaan dalam Sebulan, TransJakarta Gandeng KNKT Audit Total, Gubernur DKI Turun Tangan
-
Jelang Hari Tani 2025, AGRA Sebut Kebijakan Agraria Pemerintahan Prabowo Hanya Untungkan Elite