Suara.com - Pemerintah kesulitan mengidentifikasi secara lengkap data jemaah yang meninggal dalam peristiwa Mina, karena terkait kemampuan petugas di pemulasaran jenazah Al Mu'ashim dalam menulis nama korban dari bahasa latin ke Arab.
"Kalau sekadar jumlah mungkin bisa dipercepat, tapi dalam hal siapa, dari kloter mana, dan namanya siapa, ini memang ada prosesnya," kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Abdul Djamil, di Mekkah, Arab Saudi, Sabtu (10/10/2015).
Ia menjelaskan, berbeda dengan negara lain, termasuk Iran, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memilih tidak menyebutkan angka jumlah korban tanpa identitas yang jelas dan valid, seperti nama korban, asal kloter, dan nomor paspor.
"Karena identifikasi yang datang dari polisi darurat al Mua'shim, mereka seringkali menulis latin ke Arab ada kendala, seringkali mereka juga kurang familiar dengan nama-nama Indonesia, khususnya yang bukan bukan nama Arab sehingga kita perlu lakukan 'cross check' dengan tiga hal," ujar Djamil lagi.
Dia menyebutkan, pemeriksaan pertama, dilakukan dengan melihat data yang berangkat haji tahun ini.
Kedua, pihaknya memeriksa lewat kloter dan rombongan yang ada di maktab. Pemeriksaan ketiga, ketika sudah yakin baru diumumkan.
"Jangan sampai sudah diumumkan menjadi korban ternyata orangnya segar bugar. Ini yang tidak boleh terjadi dan harus kita hindari," katanya pula.
Ia menyampaikan pula, dalam pertemuan dengan Dirjen Kementerian Luar negeri Wilayah Barat yang membawahi wilayah Mekkah, Jeddah, dan Madinah, serta pertemuan dengan Deputi Kementerian Haji di Jeddah dua hari lalu, pihaknya mendapatkan komitmen otoritas Arab Saudi akan mempermudah proses identifikasi korban Mina khusunya dari Indonesia.
"Saya minta supaya kementerian haji ikut turut campur dalam memberikan kemudahan dan membantu proses identifikasi itu. Karena itu, ketika dua hari yang lalu, kami sampaikan masih 25, sekarang tinggal lima jemaah yang harus kami upayakan untuk mengetahui keberadaannya," ujar Djamil.
Pada peristiwa Mina 24 September 2015, sebanyak 123 jemaah Indonesia menjadi korban meninggal, dengan rincian 118 korban merupakan jemaah yang datang dari Tanah Air, sedangkan lima jemaah berasal adalah WNI yang telah bermukim di Arab Saudi.
Hingga Sabtu, lima jemaah Indonesia belum kembali ke pemondokan sejak peristiwa Mina. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Format dan Jadwal Babak Play Off Piala Dunia 2026: Adu Nasib Demi Tiket Tersisa
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
Terkini
-
Ketika Banjir Lebih Menakutkan di 'Kampung Zombie' Cililitan
-
Menko Polkam dan Mendagri Pimpin Rakorendal BNPP, Wajah Perbatasan RI Siap Dirombak Total
-
Bukan Sekadar Wacana! Pemprov DKI Libatkan Publik Susun 'Peta Jalan' Lingkungan Hidup Hingga 2055
-
ICW: Baru Setahun, Prabowo-Gibran Bikin Reformasi 1998 Jadi Sia-sia
-
Ratusan Ribu Penerima Bansos Main Judol, Kemensos Loloskan 7.200 Orang dengan Syarat Ketat
-
Tamsil Linrung Soroti Daerah Berperan Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
Menkum Sebut KUHAP Baru Mementingkan Perlindungan HAM, Mulai Berlaku 2026
-
Cuma Naik Rp2 Ribuan per Hari, Buruh Tolak Upah Minimum 2026 Ala Menaker, Usul Formula Baru
-
Eks Sekretaris MA Nurhadi Didakwa Lakukan TPPU Rp307,5 Miliar dan USD 50 Ribu
-
Kasatgas KPK Diadukan ke Dewas, Benarkah Bobby Nasution 'Dilindungi' di Kasus Korupsi Jalan Sumut?