Suara.com - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menemukan indikasi aliran uang mencurigakan yang nilainya sampai puluhan miliar rupiah masuk ke rekening Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam. Nur Alam kini telah ditetapkan KPK menjadi tersangka kasus dugaan korupsi terkait penerbitan surat keputusan terkait izin usaha pertambangan kepada PT. Anugrah Harisma Barakah dari tahun 2009-2014.
"Nilai uangnya tidak etislah kalau saya sampaikan. Ada puluhan miliar (rupiah)," kata Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Muhammad Yusuf Namun Yusuf usai menghadap Presiden Joko Widodo di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (24/8/2016).
Saat ditanya darimana sumber uang yang masuk ke Nur Alam, Yusuf juga enggan membeberkan. Dia belum mau menyebutkan karena kasus ini masih proses penyidikan di KPK.
"Saya tahu, tapi tidak etis kalau saya beri tahu," ujar dia.
Dia menyebutkan uang puluhan miliaran rupiah tersebut terkait penyalahgunaan wewenang dalam perizinan perusahaan tambang di Sulawesi Tenggara.
"Jadi begini, biasanya praktik-praktik pelanggaran korupsi itu berkaitan dengan satu penyalahgunaan kewenangan, perizinan, dan anggaran. Kami sudah punya petanya, jadi dari pihak KPK, PPATK sudah punya identifikasi. Kasus ini bisa penyalahgunaan perizinan, kewenangan, atau anggaran, dan gratifikasi," tutur dia.
Kasus yang telah menjerat Nur Alam menjadi tersangka adalah kasus dugaan korupsi penerbitan surat keputusan terkait izin usaha pertambangan kepada Anugrah Harisma Barakah. Gubernur Sultra 2008-2013 dan 2013-2018 itu diduga melakukan penyalahgunaan wewenang dalam menerbitkan SK yang tidak sesuai aturan perundang-perundangan yang berlaku.
Nur Alam mengeluarkan tiga SK kepada Anugrah yaitu SK Persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan, SK Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi, dan SK Persetujuan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi.
Anugrah merupakan perusahaan tambang yang melakukan penambangan nikel di Kabupaten Buton dan Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Perusahaan tersebut melakukan kegiatan penambangan di bekas lahan konsensi PT. Inco.
KPK menjerat Nur Alam dengan Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 kesatu KUHP.
Tag
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Sepatu New Balance yang Diskon 50% di Foot Locker Sambut Akhir Tahun
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Malam Tahun Baru di Bundaran HI Dijaga Ketat, 10 K-9 Diterjunkan Amankan Keramaian
-
Kapolri: Warga Patuh Tanpa Kembang Api, Doa Bersama Dominasi Malam Tahun Baru
-
8 Anak Terpisah dengan Keluarga di Malioboro, Wali Kota Jogja: Bisa Ditemukan Kurang dari 15 Menit
-
Menko Polkam Pastikan Malam Tahun Baru Aman: Tak Ada Kejadian Menonjol dari Papua hingga Lampung
-
Gus Ipul Pastikan BLTS Rp900 Ribu Jangkau Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Diguyur Hujan, Massa Tetap Padati Bundaran HI di Malam Tahun Baru 2026
-
Belasan Nyawa Melayang di Galangan Kapal PT ASL Shipyard: Kelalaian atau Musibah?
-
Kawasan Malioboro Steril Kendaraan Jelang Tahun Baru 2026, Wisatawan Tumpah Ruah
-
Bantuan Rp15 Ribu per Hari Disiapkan Kemensos untuk Warga Terdampak Bencana
-
Tahun Baru 2026 Tanpa Kembang Api, Polisi Siap Matikan dan Tegur Warga!