Suara.com - Rohaniawan Franz Magnis Suseno mengungkapkan rasa kekagumannya terhadap para tokoh muslim terdahulu. Sebagai kelompok mayoritas di Indonesia, umat muslim pada waktu itu tidak menuntut kedudukan yang istimewa.
"Saya sampai sekarang kagum bahwa tokoh-tokoh Islam bersedia menyetujui bahwa dalam Undang-Undang Dasar itu, agama mereka yang di atas 80 persen tidak menuntut kedudukan istimewa apa pun," kata Magnis dalam sebuah diskusi refleksi akhir tahun 2016 bertajuk 'Tantangan Merawat Indonesia' di aula Museum Nasional, Jalan Medan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (29/12/2016).
Menurut Magnis, kesediaan ummat Islam itulah yang sebetulnya menjadi modal dasar yang menggembirakan Indonesia.
"Meskipun ada segala macam gesekan, intoleransi, dan sebagainya," ujar Magnis.
Magnis yakin bahwa konsensus Pancasila yang dibangun oleh para pendiri bangsa masih utuh hingga saat ini. Ia berharap supaya semua masyarakat Indonesia secara sadar kembali untuk bersedia, saling menerima perbedaan.
"Sehingga orang Bugis tetap Bugis, meskipun menjadi orang Indonesia, dan orang Maumere tetap Maumere, dan orang Islam tidak perlu mengorbankan keislamannya dengan menjadi Indonesia, dan orang katolik tetap katolik dengan Indonesia," tutur Magnis.
Dengan demikian, kata Magnis, kekuatan bangsa Indonesia akan terbangun dan kedamaian akan menjamin.
"Itu juga bisa menjamin bahwa Indonesia akan tetap dapatkan tempatnya dalam persatuan bangsa-bangsa di dunia. Jadi harus kita, bukan kami dan mereka," kata Magnis.
Kekerasan dan diskriminasi atas nama agama terus terjadi di Indonesia. Keyakinan, suku, dan ras menjadi alat untuk kepentingan mendapatkan kekuasaan di Indonesia, terutama jelang pemilihan umum (Pemilu).
Baca Juga: Jika Masih Hidup, Gus Dur Paling Lantang Tantang Intoleransi
Mereka yang menjadi sasaran intoleransi adalah kelompok minoritas, di antaranya Ahmadiyah, Syiah, Tionghoa dan nasrani. Kelompok lebian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) pernah menjadi bulan-bulanan untuk dipersalahkan.
Bahkan sampai penghujung tahun 2016 ini, sentimen negatif terhadap warga keturunan Cina menguat. Kebencian disebar dengan dalih nasionalisme dan kepentingan kelompok radikal.
Salah satu lembaga yang beruang untuk keberagaman dan toleransi, Wahid Institute pernah memberikan hasil survei tentang potensi intoleransi dan radikalisme sosial keagamaan di kalangan muslim Indonesia. Hasilnya, Indonesia masih rawan terhadap intoleransi dan radikalisme.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Drama di MKD DPR Berakhir: Uya Kuya Lolos dari Sanksi Kode Etik
-
Drama Penangkapan Gubernur Riau: Kabur Saat OTT, Berakhir Diciduk KPK di Kafe
-
Usman Hamid Sebut Soeharto Meninggal Berstatus Terdakwa: Sulit Dianggap Pahlawan
-
Ini Pertimbangan MKD Cuma Beri Hukuman Ahmad Sahroni Penonaktifan Sebagai Anggota DPR 6 Bulan
-
MKD Jelaskan Pertimbangan Adies Kadir Tidak Bersalah: Klarifikasi Tepat, Tapi Harus Lebih Hati-hati
-
Dinyatakan Bersalah Dihukum Nonaktif Selama 6 Bulan Oleh MKD, Sahroni: Saya Terima Lapang Dada
-
Ahmad Sahroni Kena Sanksi Terberat MKD! Lebih Parah dari Nafa Urbach dan Eko Patrio, Apa Dosanya?
-
MKD Ungkap Alasan Uya Kuya Tak Bersalah, Sebut Korban Berita Bohong dan Rumah Sempat Dijarah
-
Polda Undang Keluarga hingga KontraS Jumat Ini, 2 Kerangka Gosong di Gedung ACC Reno dan Farhan?
-
Saya Tanggung Jawab! Prabowo Ambil Alih Utang Whoosh, Sindir Jokowi?