Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu [suara.com/Bagus Santosa]
Politisi PDI Perjuangan Masiton Pasaribu menyebut Wakil Ketua Ranting PDI Perjuangan Jelambar Widodo menjadi korban pengeroyokan sejumlah orang di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
"Faktanya dikeroyok. Diduga (pelaku pengeroyokan) delapan sampai 10 orang," kata Masinton di Polda Metro Jaya, Senin (9/1/2017).
Masinton kemudian menjelaskan kronologis kejadian pada Jumat (6/1/2017) malam. Ketika itu, Widodo baru pulang setelah bekerja sebagai driver ojek online.
"Beliau (Widodo) habis pulang ngojek online malam sudah ditungguin dan disamperin, babibu, langsung dihajar. Nanti biar polisi yang mengembangkan proses lidiknya," katanya.
Anggota Komisi III DPR menduga Widodo dipukul dengan tangan kosong.
"Kayanya tangan kosong. Diduga seperti itu, tapi nanti biar polisi yang mengembangkan," katanya.
Mengenai siapa yang melakukan kekerasan terhadap Widodo, Masinton tidak menyebutnya secara eksplisit.
"Yang dilaporkan kan orang, yang memiliki badan hukum. Bahwa orang tersebut terafiliasi dengan ormas itu lain hal. Tapi yang dilaporkan orang," katanya.
Salah satu orang yang terlibat adu fisik adalah Koordinator FPI Grogol Petamburan M. Irfan dan sekarang dia sudah menyerahkan diri ke kantor polisi. Masinton meminta kepolisian mendalami keterangan Irfan agar bisa menangkap pelaku yang lain.
"Ya. Sudah ada yang menyerahkan diri dan tinggal diproses dan dikembangkan sehingga pelaku lain dapat ditangkap atau menyerahkan diri. Karena teroris aja bisa ditangkap yang bekerja secara tertutup apalagi ini pelaku pengeroyokan dengan cara manual pasti polisi sudah tahu informasi keberadaannya Tinggal menangkap kalau tidak menyerahkan diri," kata dia.
Peristiwa tersebut merupakan buntut insiden yang terjadi ketika calon wakil gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat kampanye di Grogol Petamburan pada siang harinya.
"Yang jelas ini dampak dari pak Djarot datang ke Jelambar, kemudian coba dihadang diharam-haramkan nah kemudian ada kader yang juga menyampaikan ketidakdterimaannya. Karena negara kita pancasila NKRI dan setiap warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama," kata dia.
"Faktanya dikeroyok. Diduga (pelaku pengeroyokan) delapan sampai 10 orang," kata Masinton di Polda Metro Jaya, Senin (9/1/2017).
Masinton kemudian menjelaskan kronologis kejadian pada Jumat (6/1/2017) malam. Ketika itu, Widodo baru pulang setelah bekerja sebagai driver ojek online.
"Beliau (Widodo) habis pulang ngojek online malam sudah ditungguin dan disamperin, babibu, langsung dihajar. Nanti biar polisi yang mengembangkan proses lidiknya," katanya.
Anggota Komisi III DPR menduga Widodo dipukul dengan tangan kosong.
"Kayanya tangan kosong. Diduga seperti itu, tapi nanti biar polisi yang mengembangkan," katanya.
Mengenai siapa yang melakukan kekerasan terhadap Widodo, Masinton tidak menyebutnya secara eksplisit.
"Yang dilaporkan kan orang, yang memiliki badan hukum. Bahwa orang tersebut terafiliasi dengan ormas itu lain hal. Tapi yang dilaporkan orang," katanya.
Salah satu orang yang terlibat adu fisik adalah Koordinator FPI Grogol Petamburan M. Irfan dan sekarang dia sudah menyerahkan diri ke kantor polisi. Masinton meminta kepolisian mendalami keterangan Irfan agar bisa menangkap pelaku yang lain.
"Ya. Sudah ada yang menyerahkan diri dan tinggal diproses dan dikembangkan sehingga pelaku lain dapat ditangkap atau menyerahkan diri. Karena teroris aja bisa ditangkap yang bekerja secara tertutup apalagi ini pelaku pengeroyokan dengan cara manual pasti polisi sudah tahu informasi keberadaannya Tinggal menangkap kalau tidak menyerahkan diri," kata dia.
Peristiwa tersebut merupakan buntut insiden yang terjadi ketika calon wakil gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat kampanye di Grogol Petamburan pada siang harinya.
"Yang jelas ini dampak dari pak Djarot datang ke Jelambar, kemudian coba dihadang diharam-haramkan nah kemudian ada kader yang juga menyampaikan ketidakdterimaannya. Karena negara kita pancasila NKRI dan setiap warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama," kata dia.
Komentar
Berita Terkait
-
Dilema PDIP dan Demokrat: Antara Tolak Pilkada Lewat DPRD atau Tergilas Blok Besar
-
Erros Djarot: Taufiq Kiemas Sosok Paling Gigih Dorong Megawati jadi Pemimpin Indonesia
-
Begini Kata Hasto Soal Sejumlah Ketua DPD PDIP Masih Rangkap Jabatan di Partai
-
Rakernas PDIP Januari 2026, Hasto: Lingkungan dan Moratorium Hutan Akan Dibahas
-
Soal Adanya Pengibaran Bendera GAM, PDIP Beri Pesan: Jangan Campuradukkan Politik dalam Bencana
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?
-
Fahri Hamzah Sebut Pilkada Melalui DPRD Masih Dibahas di Koalisi
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa