Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi tiba di rumah duka Amirulloh Aditya Putra di Jalan Warakas 3, gang 16, nomor 14, RT 7, RW 14, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara [suara.com/Nikolaus Tolen]
Di hadapan perwakilan taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran dan dosen sekolah transportasi di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan di Ruang Nanggala, Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (13/1/2017), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan rasa penyesalan mengenai terulangnya kasus kekerasan yang dilakukan taruna senior kepada yunior di STIP, Marunda, Jakarta Utara.
"Saya sebagai pemimpin di kementerian ini merasa luka dan kaget itu terjadi lagi. Kok bisa kita tidak persiapkan diri untuk menghindari kejadian yang memalukan,"ujar Budi.
Kasus kekerasan di STIP baru-baru ini mengakibatkan taruna bernama Amirullah Adityas Putra (19) meninggal dunia secara tragis.
"Kita ketahui bahwasannya STIP adalah sekolah yang bersejarah pada tahun 1953 didirikan oleh Presiden Sukarno. Ada kebanggaan yang merupakan lembaga membanggakan, tapi memang ironis. Dan juga memalukan kejadian kemarin dan ngikutin kejadian sebelumnya," kata dia.
Yang paling disesalkan Budi adalah pengelola STIP sampai tidak tahu adanya kekerasan di lingkungan sekolah.
"Satu sisi Kementerian Perhubungan adalah lembaga public service yang semestinya kompetensi kemampuannya kita aware, karena kita akan mendidik pelayan masyarakat. Tidak mungkin kejadian seperti ini tidak terindikasi. Karena ini menjadi tanggung jawab moral besar bagi kami kepada masyarakat Indonesia," kata dia.
Budi meminta STIP belajar dari kasus tersebut. Mereka harus memperbaiki diri sendiri dengan mengubah cara mengajar taruna.
"Oleh karena itu, saya minta kita melakukan self correction. Apakah kita sudah benar menggunakan hati. Jadi guru, dosen kalau anda mengajar di kelas bukan dianggap selesai. Bagaimana cinta kasih anda berikan. Anda tatap satu persatu anak didik, anda bela, pasti nggak akan terjadi," kata Budi
"Ketika itu yang jaga tiga orang, yang lain tidur, bagaimana kita bicara dengan hati. Harus ada satu evaluasi terhadap mekanisme yang ada," Budi menambahkan.
"Saya sebagai pemimpin di kementerian ini merasa luka dan kaget itu terjadi lagi. Kok bisa kita tidak persiapkan diri untuk menghindari kejadian yang memalukan,"ujar Budi.
Kasus kekerasan di STIP baru-baru ini mengakibatkan taruna bernama Amirullah Adityas Putra (19) meninggal dunia secara tragis.
"Kita ketahui bahwasannya STIP adalah sekolah yang bersejarah pada tahun 1953 didirikan oleh Presiden Sukarno. Ada kebanggaan yang merupakan lembaga membanggakan, tapi memang ironis. Dan juga memalukan kejadian kemarin dan ngikutin kejadian sebelumnya," kata dia.
Yang paling disesalkan Budi adalah pengelola STIP sampai tidak tahu adanya kekerasan di lingkungan sekolah.
"Satu sisi Kementerian Perhubungan adalah lembaga public service yang semestinya kompetensi kemampuannya kita aware, karena kita akan mendidik pelayan masyarakat. Tidak mungkin kejadian seperti ini tidak terindikasi. Karena ini menjadi tanggung jawab moral besar bagi kami kepada masyarakat Indonesia," kata dia.
Budi meminta STIP belajar dari kasus tersebut. Mereka harus memperbaiki diri sendiri dengan mengubah cara mengajar taruna.
"Oleh karena itu, saya minta kita melakukan self correction. Apakah kita sudah benar menggunakan hati. Jadi guru, dosen kalau anda mengajar di kelas bukan dianggap selesai. Bagaimana cinta kasih anda berikan. Anda tatap satu persatu anak didik, anda bela, pasti nggak akan terjadi," kata Budi
"Ketika itu yang jaga tiga orang, yang lain tidur, bagaimana kita bicara dengan hati. Harus ada satu evaluasi terhadap mekanisme yang ada," Budi menambahkan.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Orang Tua Calon Taruna STIP 2024 Tolak Moratorium Kemenhub
-
Warga Hancurkan Baliho Senioritas Saat Pengabenan Taruna STIP Marunda Asal Bali
-
Profil Ketua STIP Ahmad Wahid yang Dicopot Menhub Buntut Taruna Tewas Dianiaya
-
STIP Jakarta Viral Bukan Karena Prestasi, Biaya Pendidikannya Tak Murah, Masih Jadi Pilihan?
-
Kerap Dianiaya Senior STIP, Curhatan Pilu Putu di WhatsApp: Sakit Dadaku, Ulu Hati Terus yang Diincar!
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Terpuruk Pasca-Muktamar, Mampukah PPP Buktikan Janji Politiknya? Pengamat Beberkan Strateginya
-
Hapus BPHTB dan PBG, Jurus Jitu Prabowo Wujudkan Target 3 Juta Rumah
-
Buntut Bobby Nasution Razia Truk Aceh, Senator Haji Uma Surati Mendagri: Ini Melanggar Aturan!
-
Bongkar 7 Cacat Fatal: Ini Alasan Kubu Nadiem Makarim Yakin Menang Praperadilan
-
MK Hindari 'Sudden Death', Tapera Dibatalkan tapi Diberi Waktu Transisi Dua Tahun
-
Romo Magnis Ajak Berpikir Ulang: Jika Soekarno Turuti Soeharto, Apakah Tragedi '65 Bisa Dicegah?
-
Bye-bye Kehujanan di Dukuh Atas! MRT Jadi Otak Integrasi 4 Moda Transportasi Jakarta
-
Bukan Drama Hukum, Nadiem Makarim Dibantarkan dari Sel Tahanan karena Sakit Ambeien
-
Jejak Riza Chalid Terus Diburu, Kejagung Periksa Saksi Kunci Korupsi Pertamina
-
Kejagung 'Skakmat' Protes Hotman Paris: Penyidik Punya Alasan Tertentu