Dengan nada bercanda, Direktur Imparsial Al Araf mengatakan tidak perlu khawatir jika ada masjid yang menolak mengurus jenazah karena dianggap semasa hidupnya mendukung Basuki Tjahaja Purnama di pilkada Jakarta periode 2017-2022. Keluarga almarhum bisa mencari masjid lain yang bersedia mendoakan.
"Menurut saya kalau nggak boleh di masjid itu lebih baik di masjid lain, karena masih banyak masjid lain yang bisa memperbolehkan mensalatkan," kata Araf di acara diskusi bertema Penebaran Kebencian, Problem Intoleransi, dan Peranan Penegak Hukum di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (27/2/2017).
Pernyataan Araf untuk menanggapi pemasangan spanduk di masjid yang bertuliskan "masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama." Spanduk tersebut muncul menjelang pilkada Jakarta putaran kedua pada 19 April 2017.
Araf menekankan penyelesaikan permasalahan tersebut dapat melalui dialog dengan masyarakat.
"Hal-hal seperti ini bisa dilakukan dengan ruang-ruang dialog dan pencegahan bisa dilakukan bahwa hal-hal yang sekiranya bisa membuka ruang tafsir-tafsir intoleransi dan sebagainya bisa diminimalisasi dengan cara-cara membuka ruang komunikasi supaya hal tersebut tidak terjadi," kata dia.
Lebih jauh, Araf menilai munculnya gerakan pemasangan spanduk semacam itu menjelang pilkada menunjukkan ada kalangan yang pemahaman politiknya masih dangkal.
"Masih menggunakan cara politik konservatif yang menjadikan SARA sebagai sarana politisasi. Ini yang menjadi ruang politik itu tidak sehat," ujarnya.
Araf mengatakan politik seharusnya berbicara tentang adu ide, bukan menebarkan kebencian.
"Nah ruang seperti ini nampaknya digemari dari 2012 kemarin, ataupun sekarang dan juga mungkin nanti di 2019. Nah ini, sesuatu yang harus dilawan. Politisasi SARA itu suatu yang menunjukkan kedangkalan kita dalam berpolitik," kata Araf.
"Mudah-mudahan, ke depan masyarakat Indonesia lebih rasional dan dewasa dalam melakukan pemahaman dalam berpolitik. Dan saya rasa sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mau terjerumus dalam politik yang dangkal dan ingin membangun politik yang sehat," Araf menambahkan.
"Menurut saya kalau nggak boleh di masjid itu lebih baik di masjid lain, karena masih banyak masjid lain yang bisa memperbolehkan mensalatkan," kata Araf di acara diskusi bertema Penebaran Kebencian, Problem Intoleransi, dan Peranan Penegak Hukum di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (27/2/2017).
Pernyataan Araf untuk menanggapi pemasangan spanduk di masjid yang bertuliskan "masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama." Spanduk tersebut muncul menjelang pilkada Jakarta putaran kedua pada 19 April 2017.
Araf menekankan penyelesaikan permasalahan tersebut dapat melalui dialog dengan masyarakat.
"Hal-hal seperti ini bisa dilakukan dengan ruang-ruang dialog dan pencegahan bisa dilakukan bahwa hal-hal yang sekiranya bisa membuka ruang tafsir-tafsir intoleransi dan sebagainya bisa diminimalisasi dengan cara-cara membuka ruang komunikasi supaya hal tersebut tidak terjadi," kata dia.
Lebih jauh, Araf menilai munculnya gerakan pemasangan spanduk semacam itu menjelang pilkada menunjukkan ada kalangan yang pemahaman politiknya masih dangkal.
"Masih menggunakan cara politik konservatif yang menjadikan SARA sebagai sarana politisasi. Ini yang menjadi ruang politik itu tidak sehat," ujarnya.
Araf mengatakan politik seharusnya berbicara tentang adu ide, bukan menebarkan kebencian.
"Nah ruang seperti ini nampaknya digemari dari 2012 kemarin, ataupun sekarang dan juga mungkin nanti di 2019. Nah ini, sesuatu yang harus dilawan. Politisasi SARA itu suatu yang menunjukkan kedangkalan kita dalam berpolitik," kata Araf.
"Mudah-mudahan, ke depan masyarakat Indonesia lebih rasional dan dewasa dalam melakukan pemahaman dalam berpolitik. Dan saya rasa sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mau terjerumus dalam politik yang dangkal dan ingin membangun politik yang sehat," Araf menambahkan.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
-
Polemik Pahlawan Nasional: Soeharto Masuk Daftar 10 Nama yang akan Diumumkan Presiden Prabowo
-
Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru
-
IPW: Penetapan Tersangka Roy Suryo Cs Sesuai SOP
-
Tampang Sri Yuliana, Penculik Bocah Bilqis di Makassar, Ngaku Kasihan Korban Tak Punya Ortu
-
Anggaran Proyek Monumen Reog Ponorogo Dikorupsi?
-
Dijual Rp80 Juta ke Suku Anak Dalam Jambi, Terungkap Jejak Pilu Penculikan Bocah Bilqis