Suara.com - Proyek kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP) senilai Rp5,9 Triliun disinyalir telah merugikan negara sebesar Rp2,3 Triiliun.
Peneliti Transparency International Indonesia (TII) Agus Sarwono mengatakan, uang rakyat triliunan yang dikorupsi itu seharusnya bisa untuk membantu masyarakat kecil dan peningkatan pelayanan publik.
"Kerugian negara Rp2,3 triliun dari proyek e-KTP itu seharusnya bisa untuk layanan gratis Ibu melahirkan. Artinya dana itu bisa untuk membantu 4 juta lebih Ibu melahirkan, dengan asumsi biaya melahirkan di daerah Rp600 ribu per orang," kata Agus di sela-sela aksi menuntut usut tuntas kasus e-KTP di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (19/3/2017).
Menurut dia, pilihan lainnya selain untuk layanan kesehatan Ibu hamil, dana Rp2,3 Triliun itu bisa juga bermanfaat besar, seperti untuk membangun rumah bagi masyarakat miskin. Dana sebesar itu dapat membangun sebanyak 25 ribu rumah bantuan bagi masyarakat dengan asumsi nilai per-rumah Rp92 juta.
"Kami dari TII tengah menghitung total kerugian negara dalam kasus dugaan korupsi e-KTP. Namun kerugian Rp2,3 Triliun itu setara untuk membangun sebanyak 167 bangunan sekolah dengan nilai per sekolah Rp15 Miliar," jelas dia.
Dia menambahkan, apabila kasus dugaan korupsi e-KTP ini tidak diusut tuntas, masyarakat akan lebih banyak dirugikan.
"Kami ingin korupsi e-KTP diusut tuntas, karena dampaknya bahaya bagi masyarakat. Sebab kalau masyarakat nggak punya e-KTP, tidak dapat pelayanan publik seperti kesehatan, kemudian layanan perbankan, bahkan tidak bisa perpanjangan SIM," kata Agus.
Selain itu, mereka juga mendesak DPR RI dan Pemerintah agar melupakan niat untuk merevisi Undang-undang KPK. Sebab menurutnya, wacana revisi UU KPK yang digulirkan sebagian anggota dewan tersebut sangat politis, dan sengaja untuk melemahkan KPK.
"Hentikan rencana revisi UU KPK, karena DPR punya motifnya untuk melemahkan KPK. Apalagi dalam kasus e-KTP ini terindikasi banyak elit parpol yang terlibat," tandas dia.
Berita Terkait
-
Santai Digugat Buronan e-KTP, KPK Pede Hakim Bakal Acuhkan Praperadilan Paulus Tannos, Mengapa?
-
Pembebasan Bersyarat Setya Novanto Digugat! Cacat Hukum? Ini Kata Penggugat
-
Bebas dari Penjara, Kekayaan Setya Novanto Tembus Ratusan Miliar!
-
Jawab Kritik Publik soal Pembebasan Bersyarat, Sahroni: Setya Novanto Tidak Diampuni
-
Puncak Komedi Setya Novanto: Diejek Satu Indonesia dengan Meme Tiang Listrik dan Bakpao
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
Terkini
-
Keji! Nenek Mutmainah Tewas, Jasadnya Diduga Dibakar dan Dibuang Perampok ke Hutan
-
Subsidi Menyusut, Biaya Naik: Ini Alasan Transjakarta Wacanakan Tarif Baru
-
Strategi Baru Turunkan Kemiskinan, Prabowo Akan Kasih Fasilitas buat UMKM hingga Tanah untuk Petani
-
Empat Gubernur Riau Tersandung Korupsi, KPK Desak Pemprov Berbenah
-
Nasib Gubernur Riau di Ujung Tanduk, KPK Umumkan Status Tersangka Hari Ini
-
Pemprov Sumut Dorong Ulos Mendunia, Masuk Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO
-
Alamak! Abdul Wahid jadi Gubernur ke-4 Terseret Kasus Korupsi, Ini Sentilan KPK ke Pemprov Riau
-
Nasib Diumumkan KPK Hari Ini, Gubernur Riau Wahid Bakal Tersangka usai Kena OTT?
-
OTT KPK di Riau! Gubernur dan Kepala Dinas Ditangkap, Siapa Saja Tersangkanya?
-
KPK Sebut OTT di Riau Terkait dengan Korupsi Anggaran Dinas PUPR